Sabtu, 28 Juli 2012

Kisah Mula Perintah Berpuasa kepada Manusia

Kisah Mula Perintah Berpuasa kepada Manusia

Dalam sebuah kitab karangan Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup pada abad ke-18 H. Ia menerangkan satu kisah mengenai perjumpaan akal dan nafsu menghadap Allah SWT.
Ketika Allah menciptakan akal, kemudian Allah memerintahkan akal.
Allah berfirman : "Wahai akal menghadaplah engkau!"
Maka akal pun menuruti perintah Allah. Dengan segera ia datang menghadap.
Kemudian Allah berfirman : "Hai akal berbaliklah engkau!"
Lalu akal pun berbalik.
Selanjutnya Allah bertanya kepadanya : "Wahai akal, siapakah Aku?"
Lalu akal pun menjawab-Nya dengan penuh takzim : "Engkau (Allah) adalah Tuhan yang menciptakan aku dan segenap makhluk lain, dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah"
kemudian Allah mengakhiri dengan perkataan : "Wahai akal, tidaklah Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau".
Di akhir kisah kemudian, Allah SWT memasukkan akal kedalam makhluk-Nya dari golongan manusia.  Sehingga dengan diletakkannya akal ini pada jasad manusia, jadilah manusia semulia-mulianya makhluk yang pernah Allah SWT ciptakan lebih dari mulianya derajat malaikat-malaikat Allah.

Kisah yang kedua ketika Allah menciptakan makhluk yang bernama nafsu kemudian Ia berfirman memerintahkan nafsu untuk menghadap ke hadapan Allah.
"Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". Namun, nafsu tidak menjawab dan hanya diam di tempatnya.
Kemudian Allah berfirman lagi : "Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah Aku?"
Sontak ia langsung menjawab : "aku adalah aku, Engkau adalah Engkau"
Setelah itu Allah langsung memasukkannya kedalam Neraka Jahim selama 100 tahun, setelah itu dikeluarkannya kembali.
Kemudian Allah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama sebelum sang nafsu dimasukkan kedalam neraka. "Siapakah engkau dan siapakah Aku?", Allah berfirman kepadanya.
Nafsu kembali menjawab dengan perkataan yang sama seperti sebelum ia disiksa dalam api neraka, bahwa "aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Lantas kembali Allah menyiksanya ke dalam Neraka Juu' 100 tahun lamanya.
Setelah dikeluarkannya dari api neraka, Allah kembali bertanya dan kembali pula nafsu menjawab bahwa "aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau".
Akhirnya Allah memasukkan nafsu kedalam neraka lapar. Tidak sampai 100 tahun, tidak sampai 10 tahun, pun tidak sampai 1 tahun. Bahkan tidak sampai 1 hari, nafsu meraung-raung memohon ampun dan minta dikeluarkan.
Setelah itu, ia jera dan mengakui dengan berkata, "aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhan pencipta alam semesta."

Dalam kitab itulah juga diterangkan bahwa dengan sebab kisah di atas maka Allah SWT mewajibkan berpuasa kepada seluruh umat manusia.
Kisah di atas juga menyimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan nafsu jika goyah imannya dan hanya menuruti nafsu maka ia akan menjadi makhluk hina lebih dari hinanya setan dan iblis.
Anugerah nafsu yang diberikan Allah SWT mengandung hikmah yang luar biasa bagi manusia sebagai khalifah di alam dunia. Manusia diperintahkan untuk taat menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan berpuasa, manusia diperintahkan untuk menahan segala macam nafsunya yang besar secara kodrati. Dengan lemahnya fisik ketika berpuasa, manusia cenderung untuk beraktivitas minim, sehingga niat berbuat maksiat pun minim.
Maha Mulia Allah yang menempatkan perintah puasa di dalam bulan Ramadan, bulan penuh limpahan nikmat. Kita menjadi lebih giat beribadah kepada Allah dan niat berbuat maksiat berkurang dengan berkahnya bulan Ramadan ini.

Perintah berpuasa telah Allah SWT wajibkan semenjak Nabi Adam hingga Nabi Isa AS. Khusus sejak Nabi Muhammad SAW, perintah ini dijelaskan dengan terang dalam kitab suci Al-Quran. Maka berpuasalah kita, karena perintah berpuasa membuat kita menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar