Jumat, 27 Juli 2012

RINGKASAN BUKU “IN SEARCH OF SOUTHEAST ASIA A MODERN HISOTORY”


RINGKASAN BUKU “IN SEARCH OF SOUTHEAST ASIA A MODERN HISOTORY”
CHAPTER 1
MUHAMMAD RIDHO RACHMAN, 0806343973

            Masyarakat: Asia Tenggara abad ke-18 merupakan suatu wilayah yang masih pada satu tingkat peradaban tradisional. Dalam buku ini digambarkan keadaan masyarakat yang dibagi berdasarkan jenis pekerjaannya, yang pekerjaan merupakan suatu bentuk pengadaptasian diri terhadap lingkungan alam.
            Pekerjaan pertama adalah sebagai petani lahan basah. Suatu sistem bercocok tanam yang cukup kompleks yang sangat bergantung pada pengairan dari aliran-aliran sungai yang banyak terdapat di kawasan ini. Sistem penanaman seperti ini secara konsisten tetap dipertahankan di seluruh kawasan di Asia Tenggara, tidak tergantung pada musim, yang terkadang panjangnya musim hujan atau kemarau. Dalam keseluruhan masyarakat Asia Tenggara, tradisi pesta saat musim panen merupakan hal yang biasa dilakukan untuk merayakan hasil pertanian yang lama meraka nantikan. Ada juga tradisi lain yang biasa dilakukan masyarakat seperti pesta makan besar dan festival, pernikahan, bersenang-senang, dan pesta lainnya. Dilihat dari wilayahnya, Asia Tenggara memang banyak memiliki sungai, danau, dan laut yang kaya ikan. Nelayan adalah pekerjaan kedua yang dibahas dalam buku ini. Ikan oleh masyarakat dijadikan sebagai makanan pokok. Sistem mengawetkan ikan sudah dikenal penduduk sejak lama. Dalam menangkap ikan, penduduk menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana secara berkelompok dengan menggunakan jala. Kemudian dalam masyarakat kampung, juga ada yang berprofesi sebagai tukang (batu, kayu) dan pandai (orang yang memiliki keahlian) dan juga pemuka agama. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang dengan belajar atau pengalaman. Mereka seperti dalang, dukun/peramal, dan ahli medis. Dalam beberapa desa juga terdapat para ahli seperti pandai besi, tukang kayu, dan wanita-wanita yang pandai menenun. Praktik perbudakan pada masa ini masih terjadi di Asia Tenggara. Berbagai jenis budak seperti budak keturunan, bukan teturunan, sementara, dan permanen. Dan orang-orang yang berada di luar desa, orang-oran yang tidak menetap di desa, seperti para pedagang, bandit, dan lainnya yang berada di luar insititusi sebuah desa. kemudian ada orang-orang yang tinggal di dataran tinggi, yang secara umum berbeda dengan orang di dataran rendah. Mereka yang cenderung mengisolasikan diri, mempunyai sistem perpolitikan dan pertanian yang berbeda dengan daerah rendah, yang masih sederhana karena kecenderungannya menutup diri tersebut.

            Otoritas dan masyarakat desa: Secara individu, masyarakat desa dengan pegunungan mempunyai beberapa persamaan. Namun, di desa kesatuan lebih mencakup dalam kerangka yang lebih luas, menghubungkan suatu tatanan desa yang melalui sang pemimpin lokal. Dalam hal ini, terasa pentingnya sosok seorang kepala desa.
            Dalam kesatuan desa, sosok kepala desa memiliki otoritas tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Dalam tradisi Melayu, seorang kepala desa disebut penghulu. Biasanya sang kepala desa merupakan pendiri desa atau keturunannnya. Di Filipina, sebelum kedatangan Spanyol, seorang kepala desa disebut datu, kemudian berubah menjadi cabeza de barangay atas intervensi Spanyol. Di Burma Utara disebut ywa thu-gyi atau myei-tang. Sama halnya dengan di Melayu, jabatan kepala desa diperoleh berdasarkan keturunan, namun bisa diduduki oleh laki-laki atau perempuan. Berbeda hal dengan Vietnam, pemimpin dipilih oleh para anggotanya. Vietnam merupakan satu contoh pentingnya dalam kosensus sebagai sumber dan mendasar bagi otoritas desa.
            Tingkat sosial dan administratif terus mengalami perkembangan ke arah suatu sistem kerajaan atau kota, yang merupakan provinsi kota yang menjadi pusat sebagai tempat pertemuan antarindividu dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Dalam bahasa Thai disebut kammuang, kota/provinsi bisnis. Desa telah membuat kesepakatan dengan pemerintah muang, daripada secara langsung dengan raja. Ibu kota provinsi mempunyai hubungan hierarakis secara langsung. Provinsi dan kota distrik di Asia Tenggara berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

            Kekuatan wilayah (provinsi): Terdapat tiga jenis sistem birokrasi dalam masyarakat Asia Tenggara. Jenis pertama adalah provinsi administrasi yang mewakili seperti yang ditemukan di Burma, Thailand, Kamboja, dan Jawa yang pada dasarnya penguasaan manusianya daripada penguasaan atas tanah. Provinsi di Vietnam, berbeda dengan wilayah yang beragama Buddha dan etnis Jawa, ciri khasnya dengan kepemilikan tanah, lebih luang, dan sistem pembelajaran klasik. Model birokrasi yang ketiga dari suatu provinsi administasi adalah Spanyol di Filipina. Yang mana posisi tertinggi dalam kehidupan sosial dan politik diisi oleh orang luar. Berasal dari semenanjung Iberia atau dari kalangan raja, mereka tinggal tidak diseluruh Filipina. Mereka datang sebagai birokrat, tentara, dan politikus.
            Kehidupan religious dan kepemimpinan: Dalam dunia keagamaan, pada abad ke-17 Asia Tenggara telah mempunyai tiga agama dunia, Buddha, Islam, dan Kristen yang telah menyatu dengan penduduknya. Dalam agama Buddha, dibagi menjadi dua yakni Buddha Mahayana dan Buddha Teravada. Secara umum terdapat beberapa perbedaan; Buddha Mahayana dalam penyebaranya berasal dari India ke Nepal, Tibet, Mongolia, Cina, Korea, Jepang, dan Vietnam Utara. Buddha Teravada (Hinayana) menyebar dari India ke Sri Langka, Burma, Thailand, Kamboja, dan Laos.    Dalam pengajarannya, Theravada secara keras mengikuti perkataan dari Buddha Gautama, namun Mahayana pengajarannya lebih luas dalam interpretasi dan menggabungkan.
            Islam dan Kristen merupakan agama yang terakhir datang ke kawasan Asia Tenggara. Islam awalnya datang ke utara Sumatera dan menjalar sampai ke kepulauan di selatan Filipina. Datangnya agama Islam merupakan suatu akibat tambahan dari perdagangan internasional. Agama ini menyebar dan menguasai pesisir, dengan menggunakan jalur lautmasuk ke kepulauan-kepulauan di nusantara. Kemudian disusul oleh agara Kristen, agama yang dibawa oleh Spanyol dari Eropa. Spanyol menduduki wilayah Filipina dan memindahkan agama penduduk di wilayah tersebut. Dengan semangat 3G (gold, glory, gospel) Spanyol sangat konsern dalam menguasai dan mengajarkan agama kepada suatu wilayah. Para pendeta dan birokrat didatangkan ke Filipina untuk menjalankan tugasnya.
            Pedagang dan pasar: kegiatan perdagangan di Asia Tenggara dimulai ketika hubungan sederhana antardesa. Pedagang-pedagang lokal berlayar antarpulau di Asia Tenggara. Pedagang Melayu dan Bugis yang terkenal mengarungi pantai dan sungai yang membawa barang dagangan dalam skala yang kecil. Ketika masa pelayaran, mulailah berdatangan pedagang dari berbagai kawasan seperti Cina, India, Arab, dan Eropa. Perdagangan mengarungi lautan dimulai dengan Cina telah membuka kawasan Asia Tenggara terhadap perdagangan internasional.
            Kemudian, mengundang datangnya bangsa Eropa, dalam hal ini VOC yang lebih intensif, dimulai dengan  menempatkan kantor dagangnya di Batavia (Jakarta) menjadikan perkembangan sejarah kawasan menjadi sangat berbeda antarwilayahnya sampai saat ini.
            Raja Buddha: Sebelum abad ke-18, sistem politik di Asia Tenggara terdiri dari berbagai jenis yang disesuaikan dengan sistem budaya dan agama masing-masing wilayah. Di wilayah Thailand, Burma, dan Kamboja dahulu terbentuk suatu sistem Raja Buddha seperti dalam Kerajaan Ava dan Ayudhya, Pnom Phen, Lao dan Shan. Institusi kerajaan ini merupakan pengaruh besar dari agama Theravada yang membentuk sistem sosial-politik yang berdasarkan ajaran agama Buddha. Adanya sistem yang disebut diplomasi tributary yang dibawa dari Cina.
            Raja Vietnam: yang disebut sebagai “Son of Heaven” yang merupakan pusat kekuatan alam di bumi. Suatu sistem yang menjadikan sangat berkuasanya seorang raja karena mendapat restu dari Sang Dewa. Namun, dalam hal diakuinya tidaknya seorang raja sebagai “Son of Heaven”ditandai dengan restu dari alam. Jika terjadi bencana alam pada masa pemerintahannya merupakan suatu pertanda bahwa raja tersebut tidak memperoleh restu dari Dewa yang menjadi pemilik dari dunia kosmos.
            Sultan Melayu: adalah susatu sistem pemerintahan di wilayah Melayu yakni di Semenanjung Malaya, Pulau Suamtera, Maluku, Kepulauan Sulu, Kalimantan, dan Utara Jawa. Kerajaan bisasanya berada di muara-muara sungai yang dekat dengan laut yang bisa menguasai jalur keluar-masuk pelayaran di sungai dan laut yang memang biasanya kerajaan Melayu mempuyai sistem perdagangan yang kuat.
            Raja Jawa: setelah sistem kerajaan Hindu-Buddha yang diakhiri oleh Kerajaan Majapahit kisaran tahun 1400-an, sistem politik kerajaan di Jawa mengalami revolusi dengan menggunakan agama Islam sebagai dasar kerajaan. Dimulai dengan penyebaran agama oleh Wali Songo di seluruh Jawa yang meyebarkan agama Islam dengan cara yang toleran dengan menggabungkan Islam dengan kebudayaan Jawa. Seperti menggunakan wayang kulit sebagai media menyebarkan agama.
            Kekuatan Islam di Jawa Berjaya pada masa kerajaan Mataram dengan Sultan Agung sebagai rajanya. Mataram merestorasi sistem politik di Jawa dengan menghancurkan kerajaan-kerajaan pesisir dan menggiring warganya masuk ke dalam menghindari wilayah pesisir, dan menjadikan warganya terbelakang.
            Namun, kerajaan ini tidak bisa bertahan lama, dan sistem perpolitikan Jawa berubah ke bentuk yang baru tahun 1757 di tangan VOC yang berkeinginan mengusai Jawa sepenuhnya.
            Guberbur Spanyol: gubernur dan Kapten-Jendral Filipina muncul menjadi satu kekuatan besar di Asia Tenggara. Dengan kekuasaannya yang besar di Manila, ia membuat perwakilan kekusaan Gereja Katolik Roma. Kekuasaan Spanyol di Filipina hampir seluruhnya dari Meksiko, sebelum kerajaan menduduki Manila. Bagaimanapun, kemegahan dan posisi gubernur berada di atas sipil, militer, dan birokrasi pendeta, kekutan sang gubernur tetapi sebuah fraksi apa yang mereka lihat.
            Pertama, masa jabatan gubernur tdak kokoh dan independen seluruhnya pada rajanya. Kedua, struktur administrasi kolonial adalah bahwa gubernur bisasanya bersaing dengan bantuan utamanya dalam dewan kerajaan. Ketiga, mayor Spanyol konsern pada koloni adalah perdagangan kapal layar.
            Gubernur-Jendral Spanyol di Filipina tidak sendiri dalam menjalankan seluruh kekuatannya, dicocokkan oleh kekutan lain di masyarakat.seperti di Filipina, pengusa Thailand, Kamboja mendapatkan otoritas pengusaan yang tahan dan kuat dari perlawanan di bawah kuasa sentral. Penguasaan religi atas seluruh wilayah menjadi kekuatan yang besar bagi seluruh aspek kehidupan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar