Jumat, 27 Juli 2012

KERAJAAN KLUNGKUNG


Lembar Tugas Mandiri
(Muhammad Ridho Rachman, 0806343973)
KERAJAAN KLUNGKUNG
http://www.klungkungkab.go.id/ diunduh pada 3 Maret 2011 pukul 11.00 WIB
http://ayunara.wordpress.com/2009/05/05/141-kerajaan-klungkung/ diunduh pada 3 Maret 2011 pukul 11.10 WIB
Tulisan-tulisan mengenai kerajaan-kerajaan Bali mulai terlacak sejak ekspedisi Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit ke pulau tersebut. Dari salah satu sumber  menyebutkan kedatangan Gajah Mada ke Pulau Bali dengan tujuan memperluas kekuasaan Majapahit pada tahun 1343 M. Dilaporkan bahwa pada masa itu Bali diperintah oleh Kerajaan Bendahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa. Penyerangan Gajah Mada itu menghancurkan kekuasaan Bendahulu yang kemudian memindahkan pusat kerajaan di daerah Gelgel yang menjadi awal mula Kerajaan Klungkung.
Dinasti Gelgel berakhir setelah pemberontakan yang dipimpin I Gusti Agung Murati. Gusti Agung Jambe sebagai pewaris tahta kerajaan, memindahkan pusat kerajaan dan mendirikan kerajaan baru, Kerajaan Klungkung (1710—1755). Selanjutnya, pemerintahan dipimpin oleh penerusnya,Dewa Agung Di Made I dan diakhiri oleh Dewa Agung Jambe,raja Klungkung X.
Kerajaan Klungkung tidak bertahan dan terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Hal ini terjadi diakibatkan perebutan kekuasaan di kalangan pembesar raja. Kerajaan-kerajaan ini selanjutnya menjadi swapraja yang dikenal sebagai kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali sekarang. Kerajaan-kerajaan pecahan Klungkung antara lain: Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Klungkung, dan Tabanan.
Sri Agung Jambe sebagai raja Klungkung I mengganti gelar “Dalem” menjadi “Dewa Agung” sebagai isyarat adanya keinginan untuk melepaskan diri dari ikatan Majapahit. Ia lah raja Bali pertama yang menyemat gelar Dewa Agung dan berlaku terus untuk raja penggantinya.
Dari bahan-bahan yang kami temukan tidak dapat dilacak silsilah Kerajaan Klungkung. Hanya diperoleh raja-raja Klungkung yang berkuasa sejak awal hingga akhir runtuhnya kerajaan saat penyerangan pasukan Belanda terhadap kekuasaan Klungkung. Sistem kerajaan menjadikan sistem pergantian penguasa didasarkan atas keturunan. Semua raja menurunkan tahta kepada putra atau kepada adiknya. Berikut nama-nama raja Klungkung: Dewa Agung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Dimadya, Dewa Agung Sakti, Dewa Agung Putra I, Dewa Agung Putra II, Dewa Agung Istri Kanya, Dewa Agung Ktut Agung, Dewa Agung Putra III, dan Dewa Agung Jambe.
Dari sumber di bekas keraton Kerajaan Klungkung, beberapa raja turun-temurun memerintah dan yang terakhir adalah ida I Dewa Agung Gede Jambe (secara kebetulan namanya sama dengan pendiri kerajaan). Pada tanggal 28 April 1908, terjadi penyerangan serdadu Belanda yang dipimpin Komando Jendral M.B. Rost van Tonningen terhadap Kerajaan Klungkung. Raja ida I Dewa Agung Gede Jambe dengan para bahudanda (pembesar kerajaan) dengan segenap rakyat melakukan perlawanan dengan gigih. Namun, semangat “Puputan Klungkung” tidak bisa mengalahkan pasukan Belanda. Dari data ini juga bisa dilihat bahwa Kerajaan Klungkung merupakan salah satu sisa-sisa kerajaan Hindu-Buddha yang masih ada ketika kedatangan penguasa kolonial Belanda dan bertahan cukup lama.
Dengan pendekatan struktural dapat diketahui bahwa keadaan sosio-kultural masyarakat Kerajaan Klungkung banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur Hindu dan tradisi Kerajaan Majapahit. Namun, fokus kerajaan mulai berkurang ketika datangnya penguasa kolonial.
Sama halnya dengan sistem-sistem yang terdapat dalam kerajaan Hindu-Buddha, dalam hubungan raja-rakyat, raja merupakan penjelmaan Wisnu (gusti) dan rakyat (kaula), raja adalah Dewa Agung. Pun dalam kehidupan sosial, stratifikasi sosial meniru sistem kasta Hinduisme di India. Masyarakat kerajaan tradisional memperlihatkan ciri-ciri masyarakat yang bertingkat-tingkat sesuai golongan-golongan yang ada. Golongan sebagai unsur masyarakat justru memperlihatkan saling keterkaitan dalam berbagai bidang kehidupan dan secara bersama-sama membentuk satu struktur dalam masyarakat yang padu.
Sistem kepercayaan yang sangat dipengaruhi oleh agama Hindu ternyata memegang peranan penting dan telah mewarnai tindakan perlawanan terhadap penjajah Belanda baik Perang Kusamba maupun Puputan Klungkung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar