Jumat, 27 Juli 2012

ETNIS MASYRAKAT DAN NEGARA FILIPINA


ETNIS MASYRAKAT DAN NEGARA FILIPINA




Disusun Oleh:
Ashagi Harahap
Mohamad Nurbari
Muhammad Ridho Rachman


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MASYARAKAT DAN NEGARA DI ASIA TENGGARA

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010

1. PENDAHULUAN
            Kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan penting yang telah menghasilkan peradaban besar di awal—awal abad masehi. Kawasan Asia Tenggara telah menjadi suatu kawasan yang merupakan percampuran dua peradaban besar, Cina dan India.
            Sebelum masuknya kedua peradaban besar itu, kawasan Asia Tenggara telah dimasuki peradaban manusia purba dari jenis golongan Pitecantropus Javanicus. Kemudian berkembang menjadi ras—ras yang dikenali dengan nama: Austroloid, Negrito, Melanosoid, dan Melayu.
            Ras—ras masa lampau itu kemudian berkembang lagi menjadi suku—suku yang menyebar di Asia Tenggara, seperti ras Khmer, Burman, Thai, Melayu, dan negrito yang kemudian menjadi suatu kawasan yang terkotak—kotak atas intervensi kolonialisme Barat.
            Pengaruh peradaban besar Cina bisa dikatakan telah memperangaruhi seluruh kawasan Asia Tenggara, terutama di negara yang sekarang menjadi Vietnam. Pola kebudayaannya yang senang merantau, tidak mengherankan kalau etnis Cina dikatakan sebagai etnis yang paling luas persebarannya, tidak hanya di Asia Tenggara tetapi di dunia. pengaruh etnis Cina di Asia Tenggara mulai terlihat pesat ketika dimulainya abad perdagangan di kawasan tersebut. Dalam perjalanannya berdagang di Asia Tenggara, mereka menetap di kawasan yang ramai sebagai pusat perdagangan, sehingga sampai saat ini terlihat banyaknya permukiman--permukiman etnis Cina berada di pesisir—pesisir pantai.
            Pengaruh peradaban India tidak kalah intensifnya dengan Cina. Jejak—jejak peninggalan India lebih terlihat karena selain berdagang, etnis India juga menyebarkan agama mereka, Hindu dan Buddha, yang menjadi agama terbesar di negara—negara Indochina dan berada di seluruh negara Asia Tenggara.
            Peradaban ketiga sebelum masuknya kolonialisasi Barat adalah peradaban Islam. Islam lebih terkenal sebagai agama perdagangan karena memang para pedagang Islam selain berdagang juga menyebarkan agama sehingga penyebaran agama Islam bisa dikatakan lebih efisien dan juga ajaran agamanya yang bisa dikatakan “lebih  mudah”, menjadikan agama Islam dengan pesat memperoleh banyak pengikutnya.
            Kawasan di Asia Tenggara yang terbilang unik dengan peradabannya sendiri yang sangat meniru model Barat yaitu Filipina. Filipina merupakan kawasan terjauh dari jangkauan para pedangan Islam, India, dan Cina (Cina bukannya letaknya berjauhan melainkan kawasan Filipina bukan merupakan jalur peradagangan besar). Filipina di awal tidak terpengauh ajaran agama India (Hindu-Buddha) dan Islam (hanya di pesisir sebelah Selatan). Filipina dikristenkan secara luas oleh pendeta Spanyol dan menjadi agama yang mendominasi negara tersebut sebesar 85% dari total seluruh penduduknya.
            Dari penyataan di atas, menarik untuk diketahui apa saja etnis dominan yang menjadi pembentuk negara tersebut, mengapa Filipin dikatakan berbeda dengan negara—negara di kawasan Asia Tenggara dan bagaimana perkembangan kehidupan sosial dan politik negara tersebut sampai saat ini. Dari pertanyaan—pernyataan yang muncul, penulis tertarik untuk mencari jawaban atas pertanyaan—pertanyaan tersebut. Penulis mencoba menjajaki satu per satu perjalanan kehidupan Filipina berdasarkan akar historisnya sehingga pertanyaan tersebut dapat dijawab secara konfrehensif dari makalah ini.

2. ISI
Suku Negrito bermigrasi ke Filipina sekitar 30.000 tahun yang lalu dari Kalimantan, Sumatera, dan Malaya dimana Suku Negrito ini diyakini sebagai penduduk pendatang pertama di Filipina. 
Pada abad ke-8 M ditemukan lempeng tembaga di dekat Manila yang menceritakan bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya dimana kerajaan pada saat itu bercorak animisme karena terpengaruh kultur India, namun bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga para ahli sejarah Filipina menganggap sejarah Filipina dimulai dari era kolonialisme.
Pada abad ke-12 M dan 14 M Islam mulai masuk ke Filipina dengan kedatangan pedagang Arab dari Semenanjung Arab dan pengikut mereka dari beberapa pemerintahan kesultanan di kepulauan Melayu. Pada tahun 1380 Karim ul' Makhdum utusan Arab Islam pertama berhasil sampai ke kepulauan Sulu dan Jolo atau Solok di Filipina dan mendirikan Islam di negeri tersebut. Lalu, pada tahun 1390 Pangeran Minangkabau Rajah Baguinda dan pengikutnya mengajarkan Islam di pulau ini. Syekh Karimal Makdum adalah pendiri masjid pertama di Filipina di Simunul, Mindanao pada abad ke-14. Pemukiman berikutnya oleh utusan Arab yang bepergian ke Malaysia dan Indonesia membantu memperkuat Islam di Filipina dan setiap pemukiman diatur oleh seorang Datu, Rajah dan seorang Sultan. Provinsi Islam di Filipina mencakup Kesultanan Maguindanao, Kesultanan Sulu dan beberapa bagian di sebelah selatan Filipina. Kemudian, pada awal abad ke-15, Bangsa Moro telah mencapai tingkat peradaban yang cukup tinggi dimana mereka tergabung dalam kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh sultan-sultan Sulu dan Manguindanao yang menerapkan model kekhalifahan Islam. Bahkan pada saat itu Kerajaan-kerajaan Sulu, Manguindanao, dan Buayan tergabung dalam suatu kondeferasi yang disebut sebagai "Pat-a-pangampong-ku-Ramao" yang berarti negara-negara muslim yang merdeka dan berdaulat", lalu sistem hukum diatur dan ditegakkan berdasarkan Syariah Islam. Tidak hanya itu, kesusastraan, perdagangan, dan tingkat peradaban berkembang sangat pesat seperti kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara. lewat pedagang Arab dari Semenanjung Arab inilah mulai terbentuk berbagai macam kerajaan Islam yang kuat di Filipina seperti : Kerajaan Sulu, Jolo atau Solok, dll yang mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.
Wilayah Filipina merupakan wilayah yang cukup unik. Berbeda dengan beberapa wilayah di Asia Tenggara, Filipina tidak memiliki kerajaan-kerajaan besar dengan corak Hindu-Buddha seperti Majapahit atau Phnom Penh. Bentuk awal peradaban di wilayah adalah Barangay, unit yang menyerupai desa.[1] Barangay-Barangay dipimpin oleh Datu, yang memiliki kedudukan sama dengan kepala desa.
Kekuataan Eropa dalam bentuk Spanyol datang ke wilayah Filipina bagian utara. Ferdinand Magellan pada tahun 1951 dan menamakankan wilayah ini sebagai Filipina (diambil dari nama Raja Philip II) menandakan proses kolonialisasi awal terhadap kepulauan ini. Para conquistadors mendirikan pemukiman pertama mereka di Cebu pada tahun 1565 dan mendirikan kota Manila pada tahun 1571.[2]
Tentunya tujuan dari kolonialisasi Spanyol bukan hanya bersifat ekonomi. Pengaruh Katolik yang kuat terhadap Kerjaan Spanyol membuat tentara dan misionaris di Filipina menganggap dirinya sebagai “tentara tuhan yang diutus untuk menghancurkan kekuatan setan”.[3] Proses Kristeninsasi dilakukan oleh para misionaris yang datang bersama tentara Spanyol.
Selain kekuatan Spanyol dengan pengaruh Katolik-nya, pengaruh Islam juga masuk dari selatan Filipnina di Sulu dan Mindanao. Hal ini menimbulkan hubungan buruk antara Moros[4] di Filipina selatan dan Spanyol di utara yang masih membawa semangat Perang Salib.
Selama masa Kolonialisme Filipina dipimpin oleh gubernur-jenderal. Selain itu seorang gubernur-jenderal juga didamping oleh seorang uskup agung yang memiliki kedudukan yang sama (bahkan dalam beberapa kasus berada di atas gubernur-jenderal). Pengaruh gereja dalam tubuh pemerintahan kolonial sengat besar hal ini terbukti dengan pemberian posisi kepada para uskup didalam pemerintahan.[5]

Revolusi Filipina (1887-1999)
Berbeda dengan willayah lain Asia Tenggara, nasionalisme Filipina muncul dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam tubuh gereja di Filipina. Berawal dari keputusan dalam Dewan Trent (1545-1563) tentang pengaturan wilayah gereja lokal (parish).[6] Masalah kepengurusan wilayah ini diberikan kepada curates, yang bertugas meletakan uskup atau uskup agung kewilayah mereka. Akan tetapi curates menolak untuk memeberikan posisi terhadap para pendeta Filipina, walaupun mereka dianggap sudah memiliki kualifikasi.
Akibatnya tiga pendeta yaitu Gomez, Burgos, dan Zomora yang menentang ketidakadilan dalam gereja di hukum mati pada tahun 1872. Seiring itu terjadi revolusi terhadap pemerintahan Spanyol, berdirinya Katipunan, sebuah organisasi rahasia yang bertujuan untuk memerdekan diri dari Spanyol juga memainkan peranan yang besar. Revolusi berhasil dan pada Januari 1899 Filipina menyatakan diri merdeka.[7]

Pemerintahan di bawah Amerika.
Berbeda dengan Spanyol, Amerika memiliki tujuan tersendiri didalam pemerintahan Filipina. Amerika mengambil seluruh koloni milik Spanyol antaranya Guam dan Poerto Rico. Setelah Perjanjian Paris, Amerika ingin memberikan “masa latihan” terhadap pemerintahan Filipina sampai dianggap mampu untuk menjalankan pemerintahannya sendiri.[8] Jacob G. Schurman diangkat menjadi presiden pertama Filipina. Filipina juga banyak mengadopsi pemerintahan gaya Barat, khususnya Amerika ke dalam undang-undang. Pengaruh keadaan Filipina pada saat ini tergantung terhadap presiden dari partai mana yang sedang berkuasa di Amerika. ketikan Woodrow Wilson (Partai Demokrat) pada 1912, Gubernur-Jenderal pada itu, Francis Burton Harrison merupakan figur yang sangat popular di kalangan masyarakat Filipina. Dia mampu untuk mempercepat proses intregasi masyarakat Filipina kedalam pemerintahan. Berbeda ketika Leonard Wood, dari Partai Republik menggantikan Harrison pada tahun 1921. Walaupun Wood merupakan politis yang lebih handal daripada Harrison, Wood kurang popular dikalangan orang-orang Filipina Setelah itu terdapat tiga gubernur-jenderal yaitu: Henry L. Stimson, (1928-1929), Dwight F. Davis (1929-1932), dan Theodore Roosevelt Jr. (1932-33). Bebeda dengan dua pendahulu mereka, ketiga orang ini lebih memilih jalan tengah antara Harrsion yang liberal dan Wood yang konservatif.[9]

Masa Kependudukan Jepang.
Pada masa ini Filipina memiliki reaksi yang berbeda dengan wilayah Asia tenggara lainnya. Ketika sebagian besar masyarakat Asia Tenggara menerima Jepang sebagai kekuatan pembebasan, Filipina justru menolak kedatangan Jepang, Contohnya adalah pertempuran di Bataan dimana pasukan gabungan Filipina dan Amerika bertempur mengahalau hadangangan Jepang. Akan tetapi kekalahan di Bataan memaksa Jenderal Douglas McArthur untuk mundur ke Australia untuk menyusun kembali strategi. Jepang berada di wilayah Filipina. Setelah perang, Filipina dibawah kekuasaan Amerika kembali mengambil alih pemerintahan
Setelah itu Jepang mulai menduduki Filipina pada tanggal 2 Januari 1942 dengan hampir 80.000 tawanan perang tertangkap di Bataan dan dipaksa mengalami Bataan Death March ke kamp penjara yang berjarak 105 kilometer ke arah utara, diperkirakan 10.000 orang Filipina dan 1.200 orang AS meninggal sebelum sampai tujuan. Rakyat Filipina pun melawan Jepang dengan strategi gerilya salah satunya adalah  Hukbalahap (Filipina: "Hukbong Bayan Laban sa mga Hapon") ("People's Army Against the Japanese/Tentara Sipil melawan Tentara Jepang") dengan 30.000 orang bersenjata api di sekitar Luzon. Hukbalahap  adalah lengan militer Partai Komunis Filipina (Partido Komunista ng Pilipinas; PKP untuk pendek), dibentuk tahun 1942 untuk melawan pendudukan Kekaisaran Jepang di Filipina selama Perang Dunia II. Ini bertempur perang kedua 1946-1954 terhadap para pemimpin pro-Barat dari negara mereka yang baru merdeka. Istilah ini adalah istilah kontraksi Filipina "Hukbong Bayan Laban sa Hapon nada", yang berarti "Tentara Rakyat Melawan Jepang." Kelompok ini umumnya dikenal sebagai "Huks". Huks menghasut Pemberontakan Hukbalahap, pemberontakan komunis yang berlangsung 1946-1954, melawan pemerintah Filipina. pemberontakan itu akhirnya meletakkan melalui serangkaian reformasi dan kemenangan militer oleh Presiden Filipina Ramon Magsaysay.
Lalu, Jenderal MacArthur kembali ke Filipina pada bulan Oktober 1944 dengan Six United Army mendarat di Leyte dan sebagian lagi bekerja sama dengan pasukan persemakmuran Filipina dari Manila. Jepang pun menyerah pada tanggal 2 September 1945 dengan begitu banyak korban dari pihak Filipina yaitu sekitar 1 Juta penduduk filipina meninggal dunia dan kota Manila mengalami kerusakan berat. Beberapa tahun kemudian, Filipina akhirnya diberikan kemerdekaan oleh AS pada 4 tanggal juli 1946 sehingga berakhirlah penjajahan di Filipina.
Filipina, karena penjajahan bangsa Barat/Eropa/Asing kebudayaan mereka pun menjadi terpengaruh. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.
Negara pasca penjajahan
            Tepat tanggal 4 Juli 1946 negara Filipina mendapat kedaulatannya secara penuh. Sesuai hari yang tanggal yang dijanjikan Amerika, Filipina mendapatkan kemerdekaannya secara penuh.[10] Masa pemerintahan Presiden Roxas dilanjutkan sampai satu periode lagi.
            Penetrasi Amerika masih tetap ada terbukti dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan Filipina mengenai Pangkalan Militer Amerika di Filipina. Hal ini terlihat bahwa penjajahan secara dominasi militer masih membayangi pemerintahan Republik Filipina.
            Sistem pemerintah yang kacau balau sedikit demi sedikit mencoba diperbaiki. Konstitusi yang berdasar pada Konstitusi pada tahun1897 (bentukan pada masa kolonialisasi Spanyol) diubah dua kali, yakni pada tahun 1935 (sistem commonwealth Amerika) dan terakhir pada tahun 1973. Pada dasarnya sistem pemerintahan Filipina merupakan cetakan langsung dari sistem yang ada di Amerika. Seperti sistem negara republik yang terdiri dari 3 lembaga pemerintahan: legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
            Sebagai negara republik demokrasi, kekuasaan eksekutif tertinggi berada di tangan presiden. Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan yang berkuasa penuh dalam pengangkatan jajaran pembantunya baik di tingkat departemen, menteri, dan pembentukan kabinet.
            Filipina menganut sistem bikameral dalam kekuasaan legislatifnya yang disebut Congress of the Philippines (upper house dan lower house). Upper house dikepalai oleh seorang senator dibantu  kabinet bentukannya sendiri. Lower house-nya merupakan House of Representatives (DPR-nya Indonesia) yang merupakan penjelmaan langsung dari sistem yang ada di Amerika.
            Lembaga peradilannya pada posisi teratas dipegang oleh Supreme Court (mahkamah agung) yang membawahi peradilan—peradilan.
            Pasca pemerintahan Roxas, Filipina telah memiliki 11 presiden yang rata—rata berkuasa tidak lama (hanya satu kali masa jabatannya). Namun, tercatat Presiden Marcos memerintah paling panjang selama 21 tahun. Pemerintahanya yang cemerlang membuat rakyat Filipina menunjuknya terus sebagai presiden. Banyak permasalahan berhasil diatasi pada masanya dan juga banyak terobosan yang ia lakukan. Seperti penyelesaian masalah Sabah dengan negara Malaysia dan peredaman pemberontakan Hubalahap. Dan terobosan terpentingnya, secara aktif mengikutsertakan Filipina dalam organisasi regional Asia Tenggara (ASEAN) yang memang dalam konteks kawasan, Filipina saat itu mengalami krisis identitas yang dicap sebagai “Bangsa Amerika berkulit cokelat”.
            Namun tentunya terdapat juga permasalahan—permasalah yang berawal dari masanya, seperti kasus pemberontakan yang dilakukan masyarakat Islam di Mindanao (yang kasusnya mirip dengan Israel—Palestina sekarang). Masa pemerintahannya yang panjang membuatnya mabuk akan kekuasaan. Ia diduga men-setting berkali—kali pemilihan umum guna kembali mendudukkannya sebagai presiden dan isu korupsi yang ia lakukan bersama dengan keluarganya terhadap uang negara. Namun, kasus ini tidak kunjung selesai karena ia telah meninggal setelah kabur dari Filipina dan mendapat suaka politik untuk berlindung di Amerika.
            Masa pemerintahannya diakhiri oleh people power yang tercatat sebagai aksi rakyat terbesar sepanjang negara tersebut. Ia digulingkan oleh seorang presiden wanita pertama Filipina yang juga merupakan janda dari Beniqno Aquino, Qorazon Aquino.
            Pada masa pemerintahannya sampai empat presiden berikutnya terbilang relatif stabil ketimbang masa sebelumnya, hal ini tentunya dipengaruhi situasi politik intern dan ekstern yang sudah tenang.
            Presiden terakhir yang terpilih pada tahun 2010 adalah anak dari pasangan mantan presiden dan senator Filipina yakni Noynoy Aquino. Ia berhasil mendulang sukses meraih suara terbanyak dalam pemilu Mei tahun ini.
3. PENUTUP
            Menurut para ahli perjalanan sejarah Filipina baru dikatakan ada sejak kedatangan Bangsa Spanyol di daratan Filipina. Kaum Spanidar dengan semangat 3G telah mengubah  seluruh sistem manusia purba di Filipina yang masih menganut animisme dinamisme menjadi agama Kristen Katolik. Sistem kekuasaan Gereja di Spanyol diterapkan pula di Filipina dan negeri jajahan Spanyol di Amerika Latin.
            Kekuasaan Amerika datang menggantikan kekuasaan Spanyol. Entah, ada para ahli yang mengatakan bahwa perlawanan Amerika beserta penduduk pribumi merupakan rekayasa belaka karena di belakang itu diketahui ada transaksi jual—beli antara Spanyol dan Amerika. Terlepas dari anggapan itu, Amerika menjajah Filipina dan menjadikannya sebagai suatu kawasan duplikat Amerika, terlihat dari segala sistem pemerintahan yang menelan bulat—bulat sistem yang ada di Amerika.
            Kekacauan—kekacauan yang terjadi di negara sepertinya tidak berbeda dengan yang terjadi di negara—negara Asia Tenggara lainnya. Namun karenanegara ini mengalami kemerdekaan lebih awal dibanding negara lainnya, kekacauan—kekacauan dalam negeri lebih dahulu dirasakan.
            Perselisihan antaretnis tidak begitu terlihat karena memang hampir seragamnya etnis di negara tersebut dan pencampuran etnis berlangsung dengan asimilasi sempurna. namun, bisa dilihat bahwa negara ini adalah negara yang sangat bergantung pada Amerika dari berbagai sektor, hingga negara ini mampu didikte kebijakannya oleh negara adikuasa tersebut.
            Namun dalam perkembangannya sekarang, Filipina berusaha menjadi sebuah negara yang mandiri dan berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Amerika.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Benedict. 2002. Hantu Komparasi (terj.). Jakarta: Qalam.
Bastin, John (peny.). Emergence of Modern Southeast Asia: 1511-1957. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1967
Bersnan, John (editor). 1998. Krisis Filipina: Zaman Marcos dan Keruntuhannya (terj.). Jakarta: Gramedia.
Grossmann, Bernard. Southeast Asia in the World. Hamburg: Otto Harrasowitz-Wiesbaden. 1972
Kahin, George McTurnan (peny.). Government and Politics of Southeast Asia. London: Cornell University Press. 1964
Steinberg, David Joel (peny.). In Search of Southeast Asia: A Modern History. Honolulu: University of Hawaii. 1987
Steinberg, David Joel. 1990. The Philippines: A Singular And A Plural Place (cet.2). Westview Press.
Program Komputer. Encarta Premium DVD 2009 : A Multimedia Encyclopedia And Atlas.


[1] George McTurnan Kahin (peny.), Government and Politics of Southeast Asia, 1959, Hal. 680
[2] Ibid., Hal. 681
[3] John Bastin (peny.), Emergence of Modern Southeast Asia: 1511-1957, 1967, Hal. 22
[4] Moros adalah masyarakat Filipina yang berada wilayah selatan seperti Sulu dan Mindanao. Mereka adalah Muslim, berbeda dengan masyarakat Filipina yang mayoritas Katolik. Moros sendiri diambil dari kata Moors, istilah yang digunakan bangsa Eropa untuk mendefinisikan orang-orang Islam. Op Cit., Hal 681 
[5] David Joel Steinberg (peny.), In Search of Southeast Asia: A Modern History, 1987, Hal. 45-46
[6] Bernard Grossmann, Southeast Asia in the World, 1972, Hal. 209-210
[7] George McTurnan Kahin (peny.), Government and Politics of Southeast Asia, 1964, Hal. 685
[8] John Bastin (peny.), Emergence of Modern Southeast Asia: 1511-1957, 1967, Hal. 108
[9] Ibid., Hal. 115
[10] Namun kenyataannya, setelah kekuasaan Spanyol 1898, Filipina tetap dijadikan koloni oleh penjajah Amerika. Kemudian karena keterdesakkannya di Asia Tenggara dan Filipina khususnya Amerika menjanjikan penyerahan kedaulatan bagi Filipina pada tahun 1946. Namun, rakyat Filipina tetap mengakui bahwa kemerdekaanya diraih pada tahun 1898, yang dijadikan sebagai Hari Kemerdekaan negara Filipina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar