Jumat, 27 Juli 2012

Feminis Multikultural


Summary 5
Muhammad Ridho Rachman
Jender dan Hubungan Internasional
Feminis Multikultural
Istilah multikulturalisme seringkali dihubungkan dengan pergerakan kelompok sosial intelektual yang mempromosikan nilai perbedaan dan menekankan pentingnya penghargaan pada setiap kelompok yang mempunyai kultur yang berbeda. Kritik keras yang dilontarkan terhadap paham multikulturalisme adalah tidak adanya rasa solidaritas untuk dapat membuat masyarakat saling peduli dan bersedia berkorban untuk masyarakat lainnya.
Kalangan feminis multikulturalis menyambut baik pemikiran multikultural karena penekanannya adalah perbedaan. Karena sejak lama para feminis gelisah melihat teori feminisme yang gagal untuk membedakan perempuan berkulit putih, kelas menengah, heteroseksual, beragama Kristen yang berada di negara maju dengan perempuan yang mempunyai latar belakang berbeda di negara berkembang. Menurut feminis Elizabeth Spelman, kegagalan teori feminis tradisional adalah keinginan mereka untuk melihat adanya persamaan pada setiap perempuan.
Susan Okin melihat bahwa di dalam kelompok definisi minorias-mayoritas pun berlapis-lapis. Ia mengatakan bahwa feminisme dan multikulturalisme dapat berjalan berdampingan. Kemudian ia mengelompokkan definisi multikulturalisme di dalam kelompok liberal dan strukturalis. Liberal menganggap multikultural adalah kelompok yang tertinggal sedang strukturalis menganggapnya kelompok yang didefinisikan oleh kelompok dominan. Masalah minoritas-mayoritas; liberal melihat adanya homogenitas di dalamnya, sedangkan strukturalis melihat adanya kemajemukan dalam minoritas-mayoritas seperti stratifikasi dan internal. Dalam pencapaian tujuannya, strategi yang tempuh pun berbeda, liberal menggunakan cara integrasi, bagaimana semua golongan dipersatukan sehingga dalam masyarakat tidak lagi terlihat perbedaan. Berbeda dengan strukturalis yang lebih menekankan pada aspek pengakuan (recognition), perbedaan yang ada cukup diberikan pengakuan karena penyatuan-penyatuan dalam masyarakat malah akan menimbulkan permasalahan-permasalahan lain yang kerap muncul.
Mouffee sendiri menganggap seorang individu mempunyai identitas yang tidak tunggal (multiple identity). Kemudian dimaksudkan adalah adanya kesempatan untuk meng-empowering diri sendiri dari identitas lainnya. Misalnya seorang keturunan Cina mempunyai kesempatan empowering diri dalam identitasnya selaku individu yang kuat secara ekonomi, atau secara intelektual karena kepandaiannya. Sehingga setiap orang dipandang mempunyai suatu kekuatan di tengah keterkucilannya untuk mendorong diri kedalam tingkatan yang lebih tinggi. Pemikirannya sendiri menemukan permasalahan ketika identitas seseorang didefinisikan oleh orang lain/masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar