Jumat, 27 Juli 2012

BAHASA ANAK : SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK


BAHASA ANAK : SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
Muhammad Ridho Rachman, 0806343973

            Pada tanggal 15 Desember kemarin di Auditorium Gedung IX FIB UI diadakan sebuah seminar yang sangat menarik. Salah seorang wanita dewasa dengan mantap berdiri di hadapan beberapa ahli, para hadirin mahasiswa, dan tamu undangan yang berasal dari berbagai instansi. Ternyata wanita itu sedang mempresentasikan hasil penelitiannya beberapa bulan lalu yang nantinya akan diajukan sebagai teori disertasinya.
            Awalnya saya agak berkeberatan, Pak Franz mengganti kelas terakhir dengan memberi tugas mengikuti seminar tersebut dan membuat tulisan yang menjadi nilai perbaikan tugas-tugas yang kurang. Saya sangat antusias mengingat ada satu nilai C- yang mengkhawatirkan.
            Sebenarnya, sejak pagi saya sudah masuk ke audit untuk melihat lenong betawi yang disajikan di awal sebelum seminar dimulai. Sambil mengawasi gerak-gerik pak Franz, dosen penpop yang jam sepuluh ada jadwal kuliah. Di awal saya dan teman-teman sempat berpikir, pasti hari ini tidak ada kelas karena melihat pak Franz memakai pakaian jas lengkap dengan sisiran klimis yang berbeda dengan penampilannya ketika mengajar yang hanya mengenakan kemeja.
            Kiki, ia katakan sambil memegang dada yang artinya itu adalah namanya. Yang saya rasakan dan katakan kepada teman sekelas di sebelah adalah senangnya kalau penelitian kita disepertiinikan. Diseminarkan untuk umum dengan seorang profesor tamu yang diundang sebagai pembahas. Suatu hal yang sangat aji mumpung, ketika perayaan dies natalis FIB, tema disertasinya yang dipakai sebagai tema seminar. Mungkin juga tidak semudah itu, bisa saja beberapa peneliti disiapkan di awal kemudian dipilih siapa yang paling siap. Tapi itu hanya anggapan saya.
            Sebuah tema menarik ditampilkan, yakni mengenai jenis bahasa yang digunakan kepada anak oleh orang tua ketika ada pihak ketiga di antara mereka atau ada dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penelitiannya, ia bertujuan ingin untuk mendapatkan gambaran bagaimana orang tua memilih bahasa terhadap anak dan gambaran mengenai sikap ragam bahasa yang ada.
            Jenis bahasa yang disajikannya adalah bahasa Indonesia, bahasa asing, bahasa Jakarta, dan bahasa daerah. Dalam hal ini, ia mengambil sampel penelitian di sekolah-sekolah yang ada di daerah Jakarta dan sekitarnya. Makanya ia menyajikan bahasa Jakarta sebagai salah satu pilihan yang ditawarkan dalam sampel penelitiannya.
            Saya terus mendengarkan dengan seksama, hingga banyak pengetahuan mengenai kajian linguistik masuk ke dalam otak. Salah satu ucapan Mbak Kiki yang sangat saya ingat adalah “salah satu yang membuat bahasa Indonesia terus berkembang adalah karena perkawinan antaretnis yang menyebabkan mereka harus memilih jalan tengah yakni bahasa Indonesia yang diajarkan kepada anak-anaknya.” Teori ini ia dapatkan dari Prof. Nababan, entah siapa beliau, namun rasanya ucapannya sangat tepat.
            Kritik banyak dilontarkan oleh Prof. Muhajir kepada penelitian yang terbilang masih kasar ini. Namun, Mbak Kiki menanggapinya dengan antusias sambil mencatat setiap ucapan yang terlontar dari mulut profesor yang sudah sangat sepuh itu. Pikir saya, sepertinya kata-kata yang diucapkan Prof. Muhajir biasa saja, kritik standar seperti yang terbayangkan dalam pikiran saya. Mungkin saya sok tahu, tapi itulah yang saya rasakan. Mungkin faktor usia yang membuat pisau analisisnya berkurang.
            Tapi bagaimanapun juga hal yang membuat Mbak Kiki merasa sangat beruntung adalah bakal disertasinya sudah mendapat tanggapan dari pakar-pakar dalam bidang linguistik. Dan seminar kala itu menambah pengetahuan saya akan menariknya tema kajian linguistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar