Jumat, 27 Juli 2012

Sejarah Partai Komunis Cina


I.                   Sejarah Partai Komunis Cina
Sebelum kita memasuki penjelasan labih lanjut, mari kita lihat latar belakang ketidaksepahaman yang terjadi dalam PKC. Sebelum didirikan pada Juli 1921, di saat PKC masih dalam masa persiapan pembentukan partai, di dalamnya terdapat dua pihak yang menempuh aliran yang berbeda, yaitu kelompok yang cenderung pada anarkisme (Huang Lingshuang, Yuan Mingxiong, Mao Zedong) dan kelompok yang meenganut Marxisme-Leninisme murni (Chen Duxiu, Zhang Guotao). Para anarkis ini pada akhirnya dapat disingkirkan dari organisasi tersebut. Menurut Scalapino, perbedaan antara kedua garis ini antara lain menyangkut masalah kekuasaan yang tersentralisasi dan terorganisasi. Anarkisme menentang hal ini karena dianggap dapat menimbulkan kekuasaan yang semena-mena, sedangkan Marxis-Laninisme justru menganggap hal ini sangat penting.[1]
Pada Kongres 1 PKC, anggotanya terbagi atas pihak kanan: menginginkan PKC bergerak secara damai dan mendirikan sekolah Marxisme, menyebarkan propaganda, menerbitkan surat kabar (dipimpin oleh Li Hancun);dan kelompok garis kiri: menginginkan PKC bergerak secara radikal dan angggota partai tidak diperbolehkan menduduki jabatan pemerintahan (dipimpin oleh Liu Renqing). Kelompok Kanan (berlatar belakang pendidikan eropa-soviet yang merujuk pada Marxisme-Leninisme murni): pergerakan komunisme ada di kalangan buruh perkotaan. Kelompok Kiri (anarkisme): Bergerak di kalangan petani di pedesaan, mengingat jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah buruh, sehingga potensi penyebaran komunisme labih besar disbanding di perkotaan.
Segmentasi kelompok yang terjadi dalam diri PKC tentunya memiliki tokoh sentral sesuai masanya. Pada masa Long March, tokoh yang berperan sentral pada pemikiran dan gagasan yang disampaikan oleh Kelompok Kiri adalah Mao Zedong. Dengan latar belakangnya yang begitu menarik, Mao mengadaptasi paham komunisme ke dalam budaya Cina sesuai dengan pemikirannnya, yaitu apa yang diaanggapnya benar dan apa yang dianggapnya salah.
Mari kita simak biografi singkat seorang Mao Zedong. Mao merupakan orang yang sangat berjasa dalam mengkomuniskan Cina, lahir tanggal 26 Desember 1893 di Kabupaten Xiangtan, provinsi Hunan. Mao digambarkan sebagai seseorang yang kaya dengan pemikiran dan merasa sering tidak puas terhadap apa yang diraihnya. Dalam berbahgai aksinya, ia selalu berhasil walaupun dengan gagasan-gagasan yang sederhana. Teori yang dikenmmukakannya khususnya saat melakukan aksi-aksi di daerah pedalaman, banyak dikagumi orang[2].
Perilaku politik Mao cenderung anarkis, namun dia tidak keberatan untuk menerima pandangan politik dari luar yang dipandangnya sebagai pelengkap dari keseluruhan, hanya ia tidak setujudengan cara membangun berdasarkan sumber yang tidak menentu. Sebelum menjadi pengikut Marxisme, dia pernah mempelajari 6 sistem pemikiran, yaitu, Buddhisme, Republikisme, Monarkisme, Idealisme, Demokrasi, dan anarkisme. Mao selalu menentang apa yang dinamakannya dogmatis, alasannya ide itu hanya akan terasa manfaatnya bila ia dapat dipraktekan. Walaupun ia telah menjadi seorang pengikut Marxis, ia selalu mencoba untuk merobah-robah teori yang dirasaknnya bertentangan dengan pendiriannya[3].
Basis massa merupakan strategi Mao yang paling ampuh dalam sejarah pergerakannya[4]. Pengenalannya yang mendalam akan sejarah revolusi bangsanya telah berlangsung selama berabad-abad, telah berhasil membuat Mao memadukan pikiran Marxisme-Leninisme dan bentuk pemikiran tradisional Cina. Penerapan konkrit dari penjabaran teori komunis di Cina diartikan dengan ditemukannya kelas baru, yaitu kelas petani sebagai kakuatan revolusi. Ini merupakan dasar “Garis Mao” yang khas[5].
Untuk memperlihatkan bahwa persatuan petani itu tak kalah ampuh dengan pandangan Marx-Lenin mengenai pelopor revolusi, ia mengembangkan strategi baru yang dikenal dengan sebutan “Desa mengepung kota”. Untuk memperluas konsepnya, Mao menambahkan beberapa kondisi yang harus dipenuhi jika konsep itu diterjemahkan ke dalam bentuk gerakan, yaitu:
1.      Rasa ketidakpuasan para petani harus dihubungkan dengan doktrin yang sistematis seperti komunisme
2.      Kekuatan tentara petani dimana sekali mereka terbentuk mereka harus mampu beroperasi jauh dari basis
3.      Daerah dimana revolusi itu dilaksanakan merupakan daerah yang kurang memiliki sarana komunikasi
Pandangan Mao ini kurang mendapatkan dukungan luas, banyak tokoh PKC yang menentangnya terutama mereka yang konsekuen dengan ajaran Maxisme[6]. Argumentasi yang paling menonjol mengenai komunisme Rusia adalah janjinya tentang jalan memintas menuju Utopia dengan jalan revolusi massa sedunia[7].
II.                Latar Belakang Ketidaksepahaman Komintern dengan Mao Zedong Selama Long March
Setelah pecahnya kerjasama yang dilakukan Guomindang dan Gongchangdang pada periode Front Persatuan, konflik diantara keduanya kian meruncing. Perpecahan ini sempat menimbulkan pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Komunis terhadap kaum Nasionalis. Pada tahun 1927 kaum Komunis melancarkan pemberontakan Nanchang dan pemberontakan Panen Musim Gugur untuk melawan kaum Nasionalis. Namun, kedua pemberontakan ini mampu digagalkan oleh kaum Nasionalis (dalam hal ini Tentara Nasionalis). Akibat dari kekalahan ini, kaum Komunis beralih ke daerah pedalaman Cina.
Pengaruh dan wilayah kaum Komunis selama berada di daerah pedalaman Cina setelah tahun 1927 berkembang dengan pesat. Hal ini dianggap sebagai suatu ancaman bagi kaum Naionalis sendiri. Oleh karena itu, kaum Nasionalis melancarkan aksi yang dikenal dengan kampanye “Mengepung dan Menyerang”. Kampanye ini mulai dilancarkan oleh Chiang Kai Shek pada tahun 1930 dan berakhir pada tahun 1934, seluruhnya berjumlah lima kali. Kampanye pertama sampai keempat mampu digagalkan oleh kaum komunis (dalam hal ini tentara merah). Pada kampanye kelima, Tentara Merah tidak berhasil, sehingga kaum komunis harus mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri dari kehancuran total, yaitu melakukan perjalanan panjang, Long March.
Sebelum dilakukannya Long March, bahasan ini akan diarahkan ke basis pertahanan sewaktu kaum Komunis bertahan di pedalaman Cina. Daerah yang dipilih oleh Mao Zedong di pedalaman Cina adalah di Gunung Jinggang (terletak di antara perbatasan Propinsi Jiangxi dan Propinsi Hunan) yang kemudian dijadikan sebagai basis pertahanan mereka. Disinilah Mao mulai memusatkan perhatiannya untuk memperkuat kemiliteran Tentara Komunis yang selanjutnya terbentuk menjadi Tentara Merah. Dalam usahanya ini, Mao menciptakan strategi dan taktik perang yang disesuaikan dengan keadaan alam atau medan pertempuran di daerah pedalaman. Strategi dan taktik ini didasarkan pada perang gerilya yang berisikan empat slogan yaitu:
  1. Apabila musuh maju, kita mundur;
  2. Apabila musuh berhenti dan istirahat, kita ganggu
  3. Apabila musuh berusaha untuk menghindari pertempuran, kita serang;
  4. Apabila musuh mundur, kita kejar.    
Keempat slogan yang diciptakan oleh Mao ini, agaknya berbeda dengan pemahaman yang dipakai oleh Komintern. Menurut Komintern, apa yang sudah didapatkan memang layak untuk diperjuangkan. Pada prinsip inilah mulai timbul ketidaksepahaman antara Komintern dengan Mao Zedong. Selain itu, bertahannya Mao dan kegiatannya disamping memperkuat ketahanan militernya yaitu mengambil simpati para petani, juga menimbulkan ketidaksamaan visi dengan komintern. Komintern, sesuai dengan pemahaman Soviet, lebih memfokuskan untuk menguasai kota dibanding desa. Inilah yang kemudian menyebabkan strategi perjuangan kaum komunis pecah menjadi dua, yaitu:
  1. Kaum komunis yang bergerak di daerah pedalaman dan berada di bawah pimpinan Mao Zedong
  2. Kaum Komunis yang bergerak di kota-kota besar dan berada di bawah pengaruh Soviet (komintern)
Perbedaan ini pun berlanjut pada saat Long March berlangsung, karena perjalanan yang dilakukan melewati daerah pedesaan. Hingga pada akhirnya perbedaan, protes yang dilakukan Mao atas ketidakpahaman yang datang dari Komintern disampaikan dalam Pertemuan Zunyi.
III.             Pertemuan Zhunyi
A.    Pra-Pertemuan Zhunyi
Pada tahun 1933 komite sentral memutuskan untuk mengadakan serangan terhadap pasukan Gumindang (GMD). Walaupun pimpinan militer Partai Komunis Cina (PKC) setuju terhadap rencana ini, namun tetap saja terdapat perbedaa strategi antara Mao dan Bo. Perbedaan strategi perang yang terjadi antara Mao dan Bo antara lain sebagai berikut:
*        Mao menghendaki untuk menggiring pasukan ke daerah JiangxiHal ini dimaksudkan agar musuh mengejar pasukan PKC hingga ke daerah Jinagxi, sehingga musuh terputus dari jarak suplai sehingga menjadi mudah untuk dikalahkan.
*        Sementara itu, Bo (28B) menginginkan untuk memerintahkan pasukannya untuk mneyerang langsung ke derah pertahanan musuh.
Pada saat itu, Luoming (sekretaris PKC cabang provinsi Fuxian) meninginkan/berpendapat bahwa seharusnya strategi perang yang digunakan adalah strategi perang milik Mao. Karena pendapatnya itu, Luoming mendapat hukuman dari pihak PKC. Hukuman dijatuhkan oleh Zhou Enlai. Luo dihukum karena Luo merupakan orang kepercayaan Mao, sehingga dianggap tidak netral terhadap usulan yang ia sampaikan. Selain Luoming, Mo memiliki beberapa orang kepercayaan, yaitu Deng Xiaoping, Mao Zetan, Gu Bai, dan Xie Weijun.
Dari kasus yang menimpa Luoming ini, dapat kita lihat bahwa penggunaan segala cara oleh suatu faksi untuk menjatuhkan faksi lainnya sebagai lawan dapat dengan mudah dilakukan. Dalam kasus Luoming, jika Luo berada pada pihak 28B maka usulannya hanya akan ditolak, namun tidak akan sampai mendapat hukuman. Hukuman yang diberikan kepada Luo juga merupakan bagian dari strategi menjatuhkan pihak Mao. Hukuman diberikan sebagai cara untuk meredam konfrontasi langsung antara faksi 28B dan pihak Mao, karena jika sampai terjadi pertentangan langsung terhadap pihak Mao yang diketahui rakyat, maka dapat dipastikan simpatisan Mao akan semakin meningkat, mengakibatkan dukungan terhadap Mao semakin meningkat pula.

B.   Pertemuan Zhunyi
Konferensi ini pada awalnya dilaksanakan untuk membahas atau labih tepatnya mengevaluasi situasi yang dialami PKC pada saat itu. Situasi tersebut adalah ketika PKC sedang perjalanan melakukan Long March. Selain membahas dan mengevalusi situasi yang telah dialami oleh PKC, dalam konferensi ini juga dibahas mengenai rencana perang selanjutnya yang akan digunakan oleh Tentara Merah. Dalam konferensi ini, terdapat beberapa tokoh PKC yang memberikan pidatonya, yaitu:
*        Mao dan Zhou Enlai yang membicarakan masalah militer,
*        Liu Shaoqi yang mengkritik kebijakan partai yang dianggapnya telah menyimpang sejak kongres tahun 1928, dan
*        Peng Dehui yang menkritik pidato militer yang dibawakan oleh Zhou Enlai.
Secara mengejutkan, Zhang mengajukan diri sebagai mediator bagi kedua kubu yang sedang bersitegang, yaitu faksi 28B (dibawah kekuasaan Komintern) dan pihak Mao. Di sini kita dapat melihat bahwa Zhang lebih mengutamakan keutuhan dalam tubuh PKC, daripada melihat PKC hancur dalam faksionalisme. Usulan Zhang yang mengatakan bahwa garis politik yang diambil oleh komite sentral tdaklah salah, namun dalam bidang militer terjadi kesalahan strategi yang berakibat fatal bagi tentara merah. Dalam konferensi Zhunyi juga memutuskan bahwa Bo Gu (pemimpin tertinggi partai), Zhou Enlai (ketua dewan militer), dan Li De (penasehat militer dari komintern) dinyatakan bersalah.
Akhir dari pertemuan Zhunyi menghasilkan sebuah resolusi, yaitu “Tinjauan atas Kesalahan Bo Gu, Zhou Enlai, dan Li De”. Selain itu, Mao diangkat sebagai Ketua Komite Militer Revolusiner serta menjadi anggota polit-biro dan komite tetap polit-biro. Hal tersebut membuat pososo Mao semakin strategis karena berwenang atas sebuah dewan militer yang berdampak baik untuk program-program yang direncanakan Mao ke depannya.



[1] Budhiyani, Triasti. Mao Zedong dan Faksionalisme dalam PKC 1921-1976
[2] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 35.  Fakultas Sastra Universitas Indonesia

[3] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 36.

[4]  Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 39.
[5] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 40
[6] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 42
[7] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 52


Tidak ada komentar:

Posting Komentar