Jumat, 27 Juli 2012

Media Penyebaran Islam di Banten


Media Penyebaran Islam di Banten

Penyebaran Islam ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 7 M  melalui para pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia. Proses penyebaran ini mempunyai pengertian yakni meng-Islamkan orang yang belum muslim dalam rangka menambah jumlah muslim dan meng-Islamkan orang yang sudah menjadi muslim dalam rangka meningkatkan kualitas muslim. Khusus diwilayah Banten dan Jawa Barat Barat, menurut Edi S. Ekajati secara garis besar proses penyebaran dapat dibedakan atas empat tahap. Keempat tahap yang dimaksud adalah[1]:
  1. Tahap memperkenalkan agama Islam kepada orang-orang yang belum menganut agama Islam
  2. Tahap memberikan pelajaran tentang ajaran Islam dan memperkuat eksistensi umat Islam.
  3. Tahap memperdalam ilmu agama Islam dan menerapkan konsep Islam dalam kehidupan masyarakat
  4. Tahap memperbaharui pemikiran dan kehidupan Islam di dalam masyarakat
Di wilayah Banten sendiri, penyebran Islam sudah mulai dirintas oleh Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528. Namun setelah memandang anaknya, Sultan Hasanudin cukup ilmu menyebarkan Islam, ia pergi kembali ke Cirebon kemudian penyebarkan Islam tersebut di percayakan kepada Sultan Hasanudin. Ditangan Sultan Hasunudin inilah kemudian berdiri kerajaan Banten dan dibawah bayang-bayang kerajaan penyebaran Islam semakin berkembang. Penyebaran Islam di Banten tersebut dapat terlakasana melalui berbagi media penyebaran.
Media-media penyebaran tersebut diantaranya adalah:
1.      Saluran Perkawinan
Media saluran perkawinan merupakan media yang biasa dilakukan oleh para penyebar Islam di Nusantara dengan cara menikahi seorang putri atau gadis dari orang yang berpengaruh di suatu daerah tertentu. Media ini telah digunakan oleh Sunan Gunung Jati pada saat melakukan penyebaran Islam di wilayah Bnaten. Dari ke enam Istri yang dimilikinya, diantaranya berasal dari Banten.[2]
2.      Sosial dan Budaya
Pada masa Sultan Abul Mafakhir Mahmus Abdul Kadir, Banten menjadi sebuah pusat ilmu pengetahuan Islam. Pada masa ini pula telah muncul Jaringan ulama Timur Tengah dan Nusantara, tarekat-tarekat menjadi berkembang seperti Tarekat Qadariyah, Naqsyabandiyah, Qadariyah wa Naqsyabandiyah, Sattariyah, Rifaiyah dan Tarekat Khalwatiyah.[3]Dengan kemunculan jaringan ulama ini beserta ajaran tarekatnya, penyebaran Islam di Banten menjadi semakin berkembang. Islam menjadi semakin hidup ditengah sosial budaya masyarakat Banten.
Ulama tarekat hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha untuk menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama-sama di tengah-tengah masyarakatnya. Melalui mereka penyebaran agama Islam dilakukan dengan mensesuaikan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran-ajaran Islam dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat.
3.      Saluran Politik
Upaya penyebaran Islam juga dilakuan dengan media kekuasaan. Sebagai contoh pada saat Maulana Yusuf berkuasa di Banten, dia berupaya melakukan penyebaran Islam dengan menaklukan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Usaha itu berhasil dilakukan oleh Maulana Yusuf yang ditandai dengan penaklukan Pakuan Pajajaran pada 1579. [4]



Daftar Pustaka
Buka
Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG
Untoro, Heriyanti O.. 2006. Kebesaran dan tragedy Kota Banten. (Jakarta: Yayasan Kota Kita
Website
http://sundaislam.wordpress.com/2008/01/09/islamisasi-di-jawa-barat/


[1] http://sundaislam.wordpress.com/2008/01/09/islamisasi-di-jawa-barat/
[2] Ibid.
[3] Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara (Jakarta: KPG, 2009),117
[4] Heriyanti O. Untoro, Kebesaran dan tragedy Kota Banten (Jakarta: Yayasan Kota Kita, 2006),73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar