Jumat, 27 Juli 2012

SATU TAHUN SEPEDA KUNING: Keberadaan dan Peminatnya


Muhammad Ridho Rachman

SATU TAHUN SEPEDA KUNING: Keberadaan dan Peminatnya

            Penambahan jumlah mahasiswa harus pula diimbangi dengan penambahan jumlah fasilitas. Layaknya dalam hukum ekonomi, semakin tinggi permintaaan harus juga diimbangi dengan  tingginya penawaran agar tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan inflasi. Berangkat dari hal itu lah, walau bukan alasan utama, dibuat alat transportasi baru di UI: sepeda kuning.
            Tampilnya sepeda kuning dalam kancah dunia kampus cukup menarik perhatian mahasiswa yang biasanya harus dengan pasrah menunggu bis kuning yang tidak tentu waktu keberangkatannya. Di tahun pertamanya, 2008, sepeda kuning menjadi pilihan yang sangat menarik bagi para mahasiswa. Bukan sekedar pergi ke tempat lain, tapi biasanya mereka memilih sepeda kuning untuk melihat-lihat pemandangan di dalam kampus, jalan-jalan bersama teman pastinya. Ketika ditanya mengenai antusiasme terhadap sepeda kuning, Dwi Susilo Qomar mengatakan sangat antusias. Bahkan ketika pertama kali mendapat KTM, mahasiswa antrop 08 ini, yang pertama kali dia lakukan adalah memakai sepeda kuning. Sama halnya tanggapan yang disampaikan oleh Andi Arif, sejarah 06, kesannya mengenai sepeda kuning adalah sangat baik. Ia melihat dari sisi kebersihan lingkungan, menurutnya menggunakan sepeda merupakan salah satu upaya pelestarian lingkungan dengan mengurangi emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Ia juga sangat setuju dengan keberadaan sepeda kuning ketika harus menunggu lama bikun, ia lebih memilih menggunakannya ketimbang menunggu.
            Pandangan lain disampaikan wakil ketua BEM FIB ini, menurutnya sepeda kuning kurang mengenai sasaran. Banyak mahasiswa menggunakannya hanya untuk sekejar jalan-jalan bersama teman-temannya. Terlepas dari tujuan setiap penggunanya, sepeda kuning cukup memberikan andil bagi kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas kampus ini.
            Setelah satu tahun berjalan, apakah masih ada antusias mahasiswa dalam menggunakan sepeda kuning ini? Atau hanya maba saja, ketika di awal, yang lebih sering menggunakannya? Dari hasil survei yang kami lakukan, hari jumat 9 Oktober 2009, ternyata antusias mahasiswa cukup banyak, walau tidak secara jelas menyeleksi peminjam berdasarkan angkatan. Hasil ini diperoleh dari petugas pencatat di berbagai shelter sepeda kuning. Menurut Hasanuddin, 21, biasanya peminjaman ramainya ketika sore, untuk pulang atau jalan-jalan tambahnya. Hasanuddin yang kali itu bergilir menunggu di shelter Perputakaan Pusat, mengatakan “pocin, ekonomi, teknik, stasiun UI biasanya rame.” Menurut Warca, petugas di shelter stasiun UI, jumlah yang meminjam dan yang mengembalikan 210 kali. Bahkan menurutnya, pencatatan bisa sampai tiga kali lipatnya ketika sore. Dan menurutnya, shelter  yang ramai itu adalah yang dekat dengan akses keluar; stasiun UI, BNI, dan teknik.
            Ismail Sunni, maba teknik sipil, merasa cukup senang dengan keberadaan sepada kuning. Walau menurutnya, sepeda kuning tetap tidak bisa menggantikan keberadaan bikun. Senada dengan yang utarakan Andi Arif, sepeda kuning kurang tepat sasaran, hanya digunakan untuk sekedar jalan-jalan. “terlepas dari itu, seneng buat keliling kampus!” Memang, fungsi itu tergantung dari penggunanya, pihak rektorat hanya sekedar memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa.
            Ketika ditanya mengenai kelebihan dan kekurangan sepeda kuning, mereka bertiga secara general sudah cukup puas walau kadang ada kerusakan teknis ketika dikendarai atau sering terjadi penumpukan di satu titik, tapi kosong di titik lain. Menurut Hasanuddin, setiap hari sepeda diservis. “sepeda digilir, 100 dikeluarin, 200 diservis. Suku cadang banyak kok di bengkel (di parkiran sepeda, di rektorat:red).” Kalau kasus penumpukan, sudah ada mobil bak dan motor yang siap mendistribusikan ke titik-titik yang kosong. Pembagian kerja dari petugas sepeda juga sudah teroraganisasikan, selain penjaga shelter ada tim montir yang mereparasi kerusakan, dan patroli yang tanggap ketika terjadi suatu masalah. Misalkan soal kecelakaan, “sering tuh, di UI wood, biasanya anak cewe, tim patroli contact mobil bak untuk bawa mahasiswa yang kecelakaan ke PKM.”
            Sepeda kuning merupakan sebuah kemajuan yang diberikan kampus bagi pelayanan terhadap mahasiswa dan juga merupakan sebuah sumbangsih nyata bagi pelestarian lingkungan. Dan nyatanya, sampai sekarang sepeda kuning masih merupakn pilihan yang baik bagi mahasiswa dengan antusiasnya mereka terhadap fasilitas baru ini. Dengan harapan semoga bentuk sumbangsih kecil yang dilakukan para organ kampus bisa memberikan efek positif di dalam dan menularkan dampaknya yang baik untuk sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar