Jumat, 27 Juli 2012

FEMINIST INTERNATIONAL RELATION


Muhammad Ridho Rachman, 0806343973

FEMINIST INTERNATIONAL RELATION

            Berbicara tentang feminis dan HI terdapat tokoh-tokoh yang memprakarsai pendekatan HI dalam melihat subyeknya adalah manusia (laki-laki dan perempuan). Di antaranya adalah Isthein, Enloe, dan Tickner. Tokoh-tokoh feminis yang disebutkan tersebut selalu memandang Feminis dalam konteks Hubungan Internasional : 1. Adanya pemihakan atau subyektivitas, pandangan awalnya melihat peran gender yang dikonstruksikan lingkungan sosial ada ketidaksamaan antara laki-laki dengan perempuan (perempuan selalu termarginalkan). Kritik awalnya adalah diskriminasi yang terjadi pada perempuan. 2. Tokohnya tidak mesti perempuan, ada juga laki-laki. Namun, dalam melihat isu ini, para tokoh feminis HI bukannya ingin membalik konstruksi sosial antara laki-laki dan perempuan atau ingin menciptakan perselisihan di antara keduanya. Melainkan ingin menempatkan perempuan tidak dibeda-bedakan dengan laki-laki atas dasar konstruksi gender. 3.  Perspektif HI dilihat secara kritis dalam uapaya mendekonstruksikan HI dengan lensa baru.
            Eisthein (Women and War); ia dikatakan sebagai tokoh realis moralis, dalam tulisannya ia banyak memasukan literatur tentang perang; dalam perang, negara adalah aktornya, ia mempertanyakan keberadaan perempuan. Dalam isu perang dan damai; tidak ada perempuan karena bukan tentara atau komandan dst. Ia mulai memikirkan ada yang luput dan terlupakan. Sebenarnya Eisthein sendiri belum menggugat HI sendiri. Ia mempertanyakan konsep mengenai gender identity, apa makna perempuan dan laki-laki.
            Cyntia Enloe (Banana, Beaches, and Bases: Making Sense of International Relation); ia melihat dalam aktivitas internasional terdapat peran perempuan. Co: sex worker dalam perang, istri diplomat. Ia mulai menggugat HI, ia  bicara realisme, ia melihat perempuan sebagai korban.
Tickner, ia mengkritik pandangan-pandangan HI (realis, liberalis, pluralis, kritik). Ia mengkritik negara liberal, dalam pandangan liberal; individu baik rasional, otonom, dan equal. Ia menyinggung individual equality, bahwa sesama perempuan harusnya mendapat aksesnya yang sama (begitu juga laki-laki), bahwa dikatakan tidak semuanya mendapatkan akses yang sama tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar