Jumat, 27 Juli 2012

Review Film “Can We Talk About Self Esteem?” Dalam Perspektif Sosiologi


Review Film “Can We Talk About Self Esteem?” Dalam Perspektif Sosiologi
Muhammad Ridho Rachman, 0806343973

Dalam film kartun yang berjudul “can we talk about self esteem?” diceritakan sebuah masalah dalam keluarga, khususnya mengenai anak-anak yang sedang menginjak masa remaja. Kedua putra dan putrinya mengalami masalah yang sulit mengenai bentuk fisik mereka. Berjerawat, berhidung besar, dan persoalan-persoalan fisik lainnya yang mereka alami. Memang dalam perkembangannya, simbol-simbol berjerawat, berhidung besar, dan masalah fisik lain yang dialami remaja sangat menjadi masalah besar bagi mereka.
Bahkan hal yang sepele dibuat besar ketika mengatakan ingin mati, membenci diri sendiri, merasa sangat aneh, terlihat seperti monster, badan yang gemuk. Sebenarnya yang mereka alami merupakan ketidakpercayaan diri mereka terhadap penampilan. Padahal, belum tentu pandangan seperti itu yang dibuat oleh public terhadap mereka.
Thomas terkenal dengan ungkapannya bahwa seseorang mendefinisikan sesuatu sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya adalah nyata. Sehingga perkataan merasa sangat aneh menjadi nyata dalam pandangannya.
            Krisis kepercayaan diri yang dialami oleh kedua remaja tersebut harus dibantu oleh orang lain di sekitarnya. Oleh orang tuanya yang merupakan orang terdekat mereka. Ketika diceritakan dalam film, ibu merasakan gelagat yang berbeda dari anak-anaknya atau suatu simbol yang oleh White dimaksudkan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang memepergunakannya. Kemudian ibu tersebut bertanya kepada suaminya yang tidak merasakan hal demikian itu. Bahkan menurut suaminya, anak-anak dalam keadaan baik-baik saja, 100%. Itu lah naluri seorang ibu yang mampu mengerti apa yang sedang dialami oleh anak-anaknya.
            Kemudian, kedua orang tua memanggil kedua anaknya. Mereka bertanya apa yang sedang mereka alami.. Mereka menjawab, baik-baik saja. Namun, kemudain mereka melanjutkan pernyataannya dengan pertanyaan berapa biaya untuk operasi plastik? Dan apakah ada garansinya? Dari pertanyaan tersebut dapat diambil kesimpulan dari konsep dalam sosiologi, expression given off; pernyataan terlepas atau dilepaskan yang mengandung informasi yang menurut orang lain memperlihatkan ciri si pembuat pernyatan. Kedua oranr tuanya menyadari apa yang sebenarnya dialami kedua anaknya. Dan juga orang tuanya mengerti mengenai situasi ketika kedua anaknya berbicara mengenai operasi plastik, yang dalam istilah sosiologi dikenal dengan definisi situasai yang maksudnya suatu tahap penilaian dan pertimbangan yang selalu mendahului tindakan seseorang. Rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini orang yang bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Walaupun tanpa kedua anaknya mengatakan permasalahan yang dialami, orang tua sudah bias mengidentifikasi masalah tersebut dari situasi-situasi yang ada.
            Dalam cerita dilajutkan dengan aksi seorang  anjing yang mengatakan, self esteem, i looks fabolous. Dimaknai bahwa seekor anjing merasa percaya diri dengan segala bentuk fisiknya. Hanyalah permasalahan kepercayaan diri yang dialalmi kedua remaja tersebut, yang memang tidak berbeda dengan apa yang dialami remaja-remaja pada umumnya. Tapi kepercayaan diri dibangun dari dalam diri sendiri, jangan hanya karena keadaan fisik yang (sedikit) tidak sempurna samapai-sampai ingin mati atau merasa seperti monster. Hargai diri sendiri dengan merasa paling beruntung walaupun dengan keadaan seperti itu, sehingga semua anugerah yang diberikan bisa menjadi positif bagi kita dalam menjalani kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar