Jumat, 27 Juli 2012

MEMAKSA MAL BERHEMAT LISTRIK


MEMAKSA MAL BERHEMAT LISTRIK
Oleh: Muhammad Ridho Rachman (0806343773)
            Pemadaman listrik bergilir kembali terjadi di masyarakat kita akhir-akhir ini. Langkah taktis Perusahaan Listrik Negara adalah dengan menggunakan genset dua kali seminggu untuk menekan konsumsi setrum, bagaimanapun, harus diterima. Tanpa terobosan ini, pemdaman bergilir bakal terus terjadi. Ujung-ujungnya, kita semua pula yang rugi.
            Beban tambahan memang dirasa memberatkan para pengusaha bisnis, mal, dan hotel. Mereka mesti menyediakan dan mengoperasikan genset selama lima jam dua kali seminggu mulai 25 Agustus kemarin. Jika tidak, PLN akan memberikan sangsi pemutusan sambungan listrik. Padahal, klaim sejumlah pengusaha, duit yang digelontorkan untuk memenuhi kewajiban ini mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
            Masalahnya memang tak banyak pilihan lain. Upaya penghematan listrik yang sudah dilakukan masih jauh dari cukup. Kebijakan pemerintah sejak 1 Agustus lalu, yang mengharuskan sektor industri mengalihkan jam kerja di saat beban puncak pukul 17.00-22.00 ke Sabtu-Minggu, hanya menghasilkan pengiritan 180 megawatt. Padahal, pada jam sibuk, defisit listrikyang kerap terjadi mencapai 600 megawatt.
            Dalam jangka pendek, tekor setrum ini mau tak mau harus diatasi lewat pemangkasan konsumsi listrik. Pilihannya bisa lewat pemadaman bergilir, yang selama ini kerap dilakukan PLN, atau menekan penggunaan listrik oleh sektor usaha yang rakus energi, seperti industri dan bisnis.
            Memilih pemadaman bergilir jelas bukan langkah bijaksana. Sebab, yang bakal terkena dampaknya sangat luas dan kebanyakan dari kalangan wong cilik, yang bukan penyebab utama terkurasnya cadangan listrik. Akan terasa lebih adil, memang, jika kebijakan pengiritan ini diterapkan buat mal dan hotel, tempat kaum berduit berbelanja dan menghabiskan malam. Toh, kebijakan ini tak akan membuat mal dan hotel bangkrut. Para pengusaha hendaknya mau sedikit “berkorban” demi kepentingan bersama.
                Langkah PLN akan efektif jika pemerintah tak hanya berpangku tangan, dan memberi dukungan sekadarnya buat perusahaan setrum negara itu. Perlu segera disusun peraturan khusus yang memayunginya, seperti Surat Keputusan Bersama Lima Menteri yang mewajibkan kalangan industri mengalihkan sebagian jam kerjanya ke hari libur. Pemerintah pun harus bisa menjamin ketersediaan pasokan bahan bakar genset, yang banyak dikhawatirkan oleh para pengusaha.
Dalam jangka panjang, pemerintah perlu segera menuntaskan pekerjaan rumahnya: melakukan audit pembangkit dan pembenahan internal. Dengan begitu, bisa diketahui pasti di mana letak kesalahan akut manajemen PLN dalam pengadaan, pengoperasian, dan perawatan pembangkit yang berujung pada krisis listrik sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar