Kisah Mula Perintah Berpuasa kepada Manusia
Dalam
sebuah kitab karangan Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Alkhaubawiyi,
seorang ulama yang hidup pada abad ke-18 H. Ia menerangkan satu kisah mengenai
perjumpaan akal dan nafsu menghadap Allah SWT.
Ketika
Allah menciptakan akal, kemudian Allah memerintahkan akal.
Allah
berfirman : "Wahai akal menghadaplah engkau!"
Maka
akal pun menuruti perintah Allah. Dengan segera ia datang menghadap.
Kemudian
Allah berfirman : "Hai akal berbaliklah engkau!"
Lalu
akal pun berbalik.
Selanjutnya
Allah bertanya kepadanya : "Wahai akal, siapakah Aku?"
Lalu
akal pun menjawab-Nya dengan penuh takzim : "Engkau (Allah) adalah Tuhan
yang menciptakan aku dan segenap makhluk lain, dan aku adalah hamba-Mu yang
daif dan lemah"
kemudian
Allah mengakhiri dengan perkataan : "Wahai akal, tidaklah Ku-ciptakan
makhluk yang lebih mulia daripada engkau".
Di
akhir kisah kemudian, Allah SWT memasukkan akal kedalam makhluk-Nya dari
golongan manusia. Sehingga dengan diletakkannya akal ini pada jasad
manusia, jadilah manusia semulia-mulianya makhluk yang pernah Allah SWT
ciptakan lebih dari mulianya derajat malaikat-malaikat Allah.
Kisah
yang kedua ketika Allah menciptakan makhluk yang bernama nafsu kemudian Ia
berfirman memerintahkan nafsu untuk menghadap ke hadapan Allah.
"Wahai
nafsu, menghadaplah kamu!". Namun, nafsu tidak menjawab dan hanya diam di
tempatnya.
Kemudian
Allah berfirman lagi : "Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah
Aku?"
Sontak
ia langsung menjawab : "aku adalah aku, Engkau adalah Engkau"
Setelah
itu Allah langsung memasukkannya kedalam Neraka Jahim selama 100 tahun, setelah
itu dikeluarkannya kembali.
Kemudian
Allah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama sebelum sang nafsu
dimasukkan kedalam neraka. "Siapakah engkau dan siapakah Aku?", Allah
berfirman kepadanya.
Nafsu
kembali menjawab dengan perkataan yang sama seperti sebelum ia disiksa dalam
api neraka, bahwa "aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Lantas
kembali Allah menyiksanya ke dalam Neraka Juu' 100 tahun lamanya.
Setelah
dikeluarkannya dari api neraka, Allah kembali bertanya dan kembali pula nafsu
menjawab bahwa "aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau".
Akhirnya
Allah memasukkan nafsu kedalam neraka lapar. Tidak sampai 100 tahun, tidak
sampai 10 tahun, pun tidak sampai 1 tahun. Bahkan tidak sampai 1 hari, nafsu
meraung-raung memohon ampun dan minta dikeluarkan.
Setelah
itu, ia jera dan mengakui dengan berkata, "aku adalah hamba-Mu dan Engkau
adalah Tuhan pencipta alam semesta."
Dalam
kitab itulah juga diterangkan bahwa dengan sebab kisah di atas maka Allah SWT
mewajibkan berpuasa kepada seluruh umat manusia.
Kisah
di atas juga menyimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk yang dianugerahi akal
dan nafsu jika goyah imannya dan hanya menuruti nafsu maka ia akan menjadi
makhluk hina lebih dari hinanya setan dan iblis.
Anugerah
nafsu yang diberikan Allah SWT mengandung hikmah yang luar biasa bagi manusia
sebagai khalifah di alam dunia. Manusia diperintahkan untuk taat menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan
berpuasa, manusia diperintahkan untuk menahan segala macam nafsunya yang besar
secara kodrati. Dengan lemahnya fisik ketika berpuasa, manusia cenderung untuk
beraktivitas minim, sehingga niat berbuat maksiat pun minim.
Maha
Mulia Allah yang menempatkan perintah puasa di dalam bulan Ramadan, bulan penuh
limpahan nikmat. Kita menjadi lebih giat beribadah kepada Allah dan niat
berbuat maksiat berkurang dengan berkahnya bulan Ramadan ini.
Perintah
berpuasa telah Allah SWT wajibkan semenjak Nabi Adam hingga Nabi Isa AS. Khusus
sejak Nabi Muhammad SAW, perintah ini dijelaskan dengan terang dalam kitab suci
Al-Quran. Maka berpuasalah kita, karena perintah berpuasa membuat kita menjadi
hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar