ETNIS MASYRAKAT DAN NEGARA
FILIPINA
Disusun Oleh:
Ashagi Harahap
Mohamad Nurbari
Muhammad Ridho Rachman
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MASYARAKAT DAN
NEGARA DI ASIA TENGGARA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS
INDONESIA
DEPOK
2010
1.
PENDAHULUAN
Kawasan Asia Tenggara merupakan
kawasan penting yang telah menghasilkan peradaban besar di awal—awal abad
masehi. Kawasan Asia Tenggara telah menjadi suatu kawasan yang merupakan
percampuran dua peradaban besar, Cina dan India.
Sebelum masuknya kedua peradaban
besar itu, kawasan Asia Tenggara telah dimasuki peradaban manusia purba dari
jenis golongan Pitecantropus Javanicus. Kemudian
berkembang menjadi ras—ras yang dikenali dengan nama: Austroloid, Negrito,
Melanosoid, dan Melayu.
Ras—ras masa lampau itu kemudian
berkembang lagi menjadi suku—suku yang menyebar di Asia Tenggara, seperti ras
Khmer, Burman, Thai, Melayu, dan negrito yang kemudian menjadi suatu kawasan
yang terkotak—kotak atas intervensi kolonialisme Barat.
Pengaruh peradaban besar Cina bisa
dikatakan telah memperangaruhi seluruh kawasan Asia Tenggara, terutama di
negara yang sekarang menjadi Vietnam. Pola kebudayaannya yang senang merantau,
tidak mengherankan kalau etnis Cina dikatakan sebagai etnis yang paling luas persebarannya,
tidak hanya di Asia Tenggara tetapi di dunia. pengaruh etnis Cina di Asia
Tenggara mulai terlihat pesat ketika dimulainya abad perdagangan di kawasan
tersebut. Dalam perjalanannya berdagang di Asia Tenggara, mereka menetap di
kawasan yang ramai sebagai pusat perdagangan, sehingga sampai saat ini terlihat
banyaknya permukiman--permukiman etnis Cina berada di pesisir—pesisir pantai.
Pengaruh peradaban India tidak kalah
intensifnya dengan Cina. Jejak—jejak peninggalan India lebih terlihat karena selain
berdagang, etnis India juga menyebarkan agama mereka, Hindu dan Buddha, yang
menjadi agama terbesar di negara—negara Indochina dan berada di seluruh negara
Asia Tenggara.
Peradaban ketiga sebelum masuknya
kolonialisasi Barat adalah peradaban Islam. Islam lebih terkenal sebagai agama
perdagangan karena memang para pedagang Islam selain berdagang juga menyebarkan
agama sehingga penyebaran agama Islam bisa dikatakan lebih efisien dan juga
ajaran agamanya yang bisa dikatakan “lebih
mudah”, menjadikan agama Islam dengan pesat memperoleh banyak
pengikutnya.
Kawasan di Asia Tenggara yang
terbilang unik dengan peradabannya sendiri yang sangat meniru model Barat yaitu
Filipina. Filipina merupakan kawasan terjauh dari jangkauan para pedangan
Islam, India, dan Cina (Cina bukannya letaknya berjauhan melainkan kawasan
Filipina bukan merupakan jalur peradagangan besar). Filipina di awal tidak
terpengauh ajaran agama India (Hindu-Buddha) dan Islam (hanya di pesisir
sebelah Selatan). Filipina dikristenkan secara luas oleh pendeta Spanyol dan
menjadi agama yang mendominasi negara tersebut sebesar 85% dari total seluruh
penduduknya.
Dari penyataan di atas, menarik
untuk diketahui apa saja etnis dominan yang menjadi pembentuk negara tersebut,
mengapa Filipin dikatakan berbeda dengan negara—negara di kawasan Asia Tenggara
dan bagaimana perkembangan kehidupan sosial dan politik negara tersebut sampai
saat ini. Dari pertanyaan—pernyataan yang muncul, penulis tertarik untuk
mencari jawaban atas pertanyaan—pertanyaan tersebut. Penulis mencoba menjajaki
satu per satu perjalanan kehidupan Filipina berdasarkan akar historisnya
sehingga pertanyaan tersebut dapat dijawab secara konfrehensif dari makalah
ini.
2. ISI
Suku
Negrito bermigrasi ke Filipina sekitar 30.000 tahun yang lalu dari Kalimantan,
Sumatera, dan Malaya dimana Suku Negrito ini diyakini sebagai penduduk
pendatang pertama di Filipina.
Pada
abad ke-8 M ditemukan lempeng tembaga di dekat Manila yang menceritakan bahwa
Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya dimana kerajaan pada saat itu bercorak
animisme karena terpengaruh kultur India, namun bukti tertulis ini sangat
sedikit sehingga para ahli sejarah Filipina menganggap sejarah Filipina dimulai
dari era kolonialisme.
Pada
abad ke-12 M dan 14 M Islam mulai masuk ke Filipina dengan kedatangan pedagang
Arab dari Semenanjung Arab dan pengikut mereka dari beberapa pemerintahan
kesultanan di kepulauan Melayu. Pada tahun 1380 Karim ul' Makhdum utusan Arab
Islam pertama berhasil sampai ke kepulauan Sulu dan Jolo atau Solok di Filipina
dan mendirikan Islam di negeri tersebut. Lalu, pada tahun 1390 Pangeran
Minangkabau Rajah Baguinda dan pengikutnya mengajarkan Islam di pulau ini.
Syekh Karimal Makdum adalah pendiri masjid pertama di Filipina di Simunul,
Mindanao pada abad ke-14. Pemukiman berikutnya oleh utusan Arab yang bepergian
ke Malaysia dan Indonesia membantu memperkuat Islam di Filipina dan setiap
pemukiman diatur oleh seorang Datu, Rajah dan seorang Sultan. Provinsi Islam di
Filipina mencakup Kesultanan Maguindanao, Kesultanan Sulu dan beberapa bagian
di sebelah selatan Filipina. Kemudian, pada awal abad ke-15, Bangsa Moro telah
mencapai tingkat peradaban yang cukup tinggi dimana mereka tergabung dalam
kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh sultan-sultan Sulu dan Manguindanao yang
menerapkan model kekhalifahan Islam. Bahkan pada saat itu Kerajaan-kerajaan
Sulu, Manguindanao, dan Buayan tergabung dalam suatu kondeferasi yang disebut
sebagai "Pat-a-pangampong-ku-Ramao" yang berarti negara-negara muslim
yang merdeka dan berdaulat", lalu sistem hukum diatur dan ditegakkan
berdasarkan Syariah Islam. Tidak hanya itu, kesusastraan, perdagangan, dan
tingkat peradaban berkembang sangat pesat seperti kerajaan-kerajaan Islam di
Asia Tenggara. lewat pedagang Arab dari Semenanjung Arab inilah mulai terbentuk
berbagai macam kerajaan Islam yang kuat di Filipina seperti : Kerajaan Sulu,
Jolo atau Solok, dll yang mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.
Wilayah Filipina merupakan wilayah
yang cukup unik. Berbeda dengan beberapa wilayah di Asia Tenggara, Filipina
tidak memiliki kerajaan-kerajaan besar dengan corak Hindu-Buddha seperti
Majapahit atau Phnom Penh .
Bentuk awal peradaban di wilayah adalah Barangay,
unit yang menyerupai desa.[1] Barangay-Barangay dipimpin
oleh Datu, yang memiliki kedudukan
sama dengan kepala desa.
Kekuataan Eropa dalam bentuk Spanyol
datang ke wilayah Filipina bagian utara. Ferdinand Magellan pada tahun 1951 dan
menamakankan wilayah ini sebagai Filipina (diambil dari nama Raja Philip II)
menandakan proses kolonialisasi awal terhadap kepulauan ini. Para conquistadors mendirikan pemukiman
pertama mereka di Cebu pada tahun 1565 dan mendirikan kota Manila pada tahun
1571.[2]
Tentunya
tujuan dari kolonialisasi Spanyol bukan hanya bersifat ekonomi. Pengaruh
Katolik yang kuat terhadap Kerjaan Spanyol membuat tentara dan misionaris di
Filipina menganggap dirinya sebagai “tentara tuhan yang diutus untuk
menghancurkan kekuatan setan”.[3] Proses Kristeninsasi dilakukan oleh para
misionaris yang datang bersama tentara Spanyol.
Selain
kekuatan Spanyol dengan pengaruh Katolik-nya, pengaruh Islam juga masuk dari
selatan Filipnina di Sulu dan Mindanao. Hal ini menimbulkan hubungan buruk
antara Moros[4] di Filipina selatan dan Spanyol di utara yang
masih membawa semangat Perang Salib.
Selama masa
Kolonialisme Filipina dipimpin oleh gubernur-jenderal. Selain itu seorang
gubernur-jenderal juga didamping oleh seorang uskup agung yang memiliki
kedudukan yang sama (bahkan dalam beberapa kasus berada di atas
gubernur-jenderal). Pengaruh gereja dalam tubuh pemerintahan kolonial sengat
besar hal ini terbukti dengan pemberian posisi kepada para uskup didalam
pemerintahan.[5]
Revolusi Filipina (1887-1999)
Berbeda
dengan willayah lain Asia Tenggara, nasionalisme Filipina muncul dilatarbelakangi
oleh permasalahan dalam tubuh gereja di Filipina. Berawal dari keputusan dalam
Dewan Trent (1545-1563) tentang pengaturan wilayah gereja lokal (parish).[6] Masalah kepengurusan wilayah ini diberikan kepada
curates, yang bertugas meletakan
uskup atau uskup agung kewilayah mereka. Akan tetapi curates menolak untuk memeberikan posisi terhadap para pendeta
Filipina, walaupun mereka dianggap sudah memiliki kualifikasi.
Akibatnya
tiga pendeta yaitu Gomez, Burgos, dan Zomora yang menentang ketidakadilan dalam
gereja di hukum mati pada tahun 1872. Seiring itu terjadi revolusi terhadap
pemerintahan Spanyol, berdirinya Katipunan, sebuah organisasi rahasia yang
bertujuan untuk memerdekan diri dari Spanyol juga memainkan peranan yang besar.
Revolusi berhasil dan pada Januari 1899 Filipina menyatakan diri merdeka.[7]
Pemerintahan di bawah Amerika.
Berbeda
dengan Spanyol, Amerika memiliki tujuan tersendiri didalam pemerintahan
Filipina. Amerika mengambil seluruh koloni milik Spanyol antaranya Guam dan
Poerto Rico. Setelah Perjanjian Paris, Amerika ingin memberikan “masa latihan”
terhadap pemerintahan Filipina sampai dianggap mampu untuk menjalankan
pemerintahannya sendiri.[8] Jacob G. Schurman diangkat menjadi presiden
pertama Filipina. Filipina juga banyak mengadopsi pemerintahan gaya Barat,
khususnya Amerika ke dalam undang-undang. Pengaruh keadaan Filipina pada saat
ini tergantung terhadap presiden dari partai mana yang sedang berkuasa di
Amerika. ketikan Woodrow Wilson (Partai Demokrat) pada 1912, Gubernur-Jenderal
pada itu, Francis Burton Harrison merupakan figur yang sangat popular di
kalangan masyarakat Filipina. Dia mampu untuk mempercepat proses intregasi
masyarakat Filipina kedalam pemerintahan. Berbeda ketika Leonard Wood, dari
Partai Republik menggantikan Harrison pada tahun 1921. Walaupun Wood merupakan
politis yang lebih handal daripada Harrison, Wood kurang popular dikalangan
orang-orang Filipina Setelah itu terdapat tiga gubernur-jenderal yaitu: Henry
L. Stimson, (1928-1929), Dwight F. Davis (1929-1932), dan Theodore Roosevelt
Jr. (1932-33). Bebeda dengan dua pendahulu mereka,
ketiga orang ini lebih memilih jalan tengah antara Harrsion yang liberal dan
Wood yang konservatif.[9]
Masa Kependudukan Jepang.
Pada masa ini Filipina memiliki reaksi yang berbeda
dengan wilayah Asia tenggara lainnya. Ketika
sebagian besar masyarakat Asia Tenggara menerima Jepang sebagai kekuatan
pembebasan, Filipina justru menolak kedatangan Jepang, Contohnya adalah
pertempuran di Bataan dimana pasukan gabungan Filipina dan Amerika bertempur
mengahalau hadangangan Jepang. Akan tetapi kekalahan di Bataan memaksa Jenderal
Douglas McArthur untuk mundur ke Australia untuk menyusun kembali
strategi. Jepang berada di wilayah Filipina. Setelah perang, Filipina dibawah
kekuasaan Amerika kembali mengambil alih pemerintahan
Setelah
itu Jepang mulai menduduki Filipina pada tanggal 2 Januari 1942 dengan hampir
80.000 tawanan perang tertangkap di Bataan dan dipaksa mengalami Bataan Death
March ke kamp penjara yang berjarak 105 kilometer ke arah utara, diperkirakan
10.000 orang Filipina dan 1.200 orang AS meninggal sebelum sampai tujuan. Rakyat
Filipina pun melawan Jepang dengan strategi gerilya salah satunya adalah Hukbalahap (Filipina: "Hukbong Bayan
Laban sa mga Hapon") ("People's Army Against the Japanese/Tentara Sipil
melawan Tentara Jepang") dengan 30.000 orang bersenjata api di sekitar
Luzon. Hukbalahap adalah lengan militer
Partai Komunis Filipina (Partido Komunista ng Pilipinas; PKP untuk pendek),
dibentuk tahun 1942 untuk melawan pendudukan Kekaisaran Jepang di Filipina
selama Perang Dunia II. Ini bertempur perang kedua 1946-1954 terhadap para
pemimpin pro-Barat dari negara mereka yang baru merdeka. Istilah ini adalah
istilah kontraksi Filipina "Hukbong Bayan Laban sa Hapon nada", yang
berarti "Tentara Rakyat Melawan Jepang." Kelompok ini umumnya dikenal
sebagai "Huks". Huks menghasut Pemberontakan Hukbalahap,
pemberontakan komunis yang berlangsung 1946-1954, melawan pemerintah Filipina.
pemberontakan itu akhirnya meletakkan melalui serangkaian reformasi dan kemenangan
militer oleh Presiden Filipina Ramon Magsaysay.
Lalu,
Jenderal MacArthur kembali ke Filipina pada bulan Oktober 1944 dengan Six
United Army mendarat di Leyte dan sebagian lagi bekerja sama dengan pasukan
persemakmuran Filipina dari Manila. Jepang pun menyerah pada tanggal 2
September 1945 dengan begitu banyak korban dari pihak Filipina yaitu sekitar 1
Juta penduduk filipina meninggal dunia dan kota Manila mengalami kerusakan
berat. Beberapa tahun kemudian, Filipina akhirnya diberikan kemerdekaan oleh AS
pada 4 tanggal juli 1946 sehingga berakhirlah penjajahan di Filipina.
Filipina,
karena penjajahan bangsa Barat/Eropa/Asing kebudayaan mereka pun menjadi
terpengaruh. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan
salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor
Leste.
Negara pasca penjajahan
Tepat
tanggal 4 Juli 1946 negara Filipina mendapat kedaulatannya secara penuh. Sesuai
hari yang tanggal yang dijanjikan Amerika, Filipina mendapatkan kemerdekaannya
secara penuh.[10]
Masa pemerintahan Presiden Roxas dilanjutkan sampai satu periode lagi.
Penetrasi
Amerika masih tetap ada terbukti dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan
Filipina mengenai Pangkalan Militer Amerika di Filipina. Hal ini terlihat bahwa
penjajahan secara dominasi militer masih membayangi pemerintahan Republik
Filipina.
Sistem
pemerintah yang kacau balau sedikit demi sedikit mencoba diperbaiki. Konstitusi
yang berdasar pada Konstitusi pada tahun1897 (bentukan pada masa kolonialisasi
Spanyol) diubah dua kali, yakni pada tahun 1935 (sistem commonwealth Amerika) dan terakhir pada tahun 1973. Pada dasarnya
sistem pemerintahan Filipina merupakan cetakan langsung dari sistem yang ada di
Amerika. Seperti sistem negara republik yang terdiri dari 3 lembaga pemerintahan:
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Sebagai
negara republik demokrasi, kekuasaan eksekutif tertinggi berada di tangan
presiden. Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan yang berkuasa penuh
dalam pengangkatan jajaran pembantunya baik di tingkat departemen, menteri, dan
pembentukan kabinet.
Filipina
menganut sistem bikameral dalam kekuasaan legislatifnya yang disebut Congress of the Philippines (upper house
dan lower house). Upper house dikepalai oleh seorang senator dibantu kabinet bentukannya sendiri. Lower house-nya
merupakan House of Representatives (DPR-nya Indonesia) yang merupakan
penjelmaan langsung dari sistem yang ada di Amerika.
Lembaga
peradilannya pada posisi teratas dipegang oleh Supreme Court (mahkamah agung)
yang membawahi peradilan—peradilan.
Pasca
pemerintahan Roxas, Filipina telah memiliki 11 presiden yang rata—rata berkuasa
tidak lama (hanya satu kali masa jabatannya). Namun, tercatat Presiden Marcos
memerintah paling panjang selama 21 tahun. Pemerintahanya yang cemerlang
membuat rakyat Filipina menunjuknya terus sebagai presiden. Banyak permasalahan
berhasil diatasi pada masanya dan juga banyak terobosan yang ia lakukan.
Seperti penyelesaian masalah Sabah dengan negara Malaysia dan peredaman
pemberontakan Hubalahap. Dan terobosan terpentingnya, secara aktif
mengikutsertakan Filipina dalam organisasi regional Asia Tenggara (ASEAN) yang
memang dalam konteks kawasan, Filipina saat itu mengalami krisis identitas yang
dicap sebagai “Bangsa Amerika berkulit cokelat”.
Namun
tentunya terdapat juga permasalahan—permasalah yang berawal dari masanya,
seperti kasus pemberontakan yang dilakukan masyarakat Islam di Mindanao (yang
kasusnya mirip dengan Israel—Palestina sekarang). Masa pemerintahannya yang
panjang membuatnya mabuk akan kekuasaan. Ia diduga men-setting berkali—kali pemilihan umum guna kembali mendudukkannya
sebagai presiden dan isu korupsi yang ia lakukan bersama dengan keluarganya
terhadap uang negara. Namun, kasus ini tidak kunjung selesai karena ia telah
meninggal setelah kabur dari Filipina dan mendapat suaka politik untuk
berlindung di Amerika.
Masa
pemerintahannya diakhiri oleh people
power yang tercatat sebagai aksi rakyat terbesar sepanjang negara tersebut.
Ia digulingkan oleh seorang presiden wanita pertama Filipina yang juga
merupakan janda dari Beniqno Aquino, Qorazon Aquino.
Pada
masa pemerintahannya sampai empat presiden berikutnya terbilang relatif stabil
ketimbang masa sebelumnya, hal ini tentunya dipengaruhi situasi politik intern
dan ekstern yang sudah tenang.
Presiden
terakhir yang terpilih pada tahun 2010 adalah anak dari pasangan mantan
presiden dan senator Filipina yakni Noynoy Aquino. Ia berhasil mendulang sukses
meraih suara terbanyak dalam pemilu Mei tahun ini.
3. PENUTUP
Menurut para ahli perjalanan sejarah
Filipina baru dikatakan ada sejak kedatangan Bangsa Spanyol di daratan
Filipina. Kaum Spanidar dengan semangat 3G telah mengubah seluruh sistem manusia purba di Filipina yang
masih menganut animisme dinamisme menjadi agama Kristen Katolik. Sistem
kekuasaan Gereja di Spanyol diterapkan pula di Filipina dan negeri jajahan
Spanyol di Amerika Latin.
Kekuasaan
Amerika datang menggantikan kekuasaan Spanyol. Entah, ada para ahli yang
mengatakan bahwa perlawanan Amerika beserta penduduk pribumi merupakan rekayasa
belaka karena di belakang itu diketahui ada transaksi jual—beli antara Spanyol
dan Amerika. Terlepas dari anggapan itu, Amerika menjajah Filipina dan
menjadikannya sebagai suatu kawasan duplikat Amerika, terlihat dari segala
sistem pemerintahan yang menelan bulat—bulat sistem yang ada di Amerika.
Kekacauan—kekacauan
yang terjadi di negara sepertinya tidak berbeda dengan yang terjadi di
negara—negara Asia Tenggara lainnya. Namun karenanegara ini mengalami
kemerdekaan lebih awal dibanding negara lainnya, kekacauan—kekacauan dalam
negeri lebih dahulu dirasakan.
Perselisihan
antaretnis tidak begitu terlihat karena memang hampir seragamnya etnis di
negara tersebut dan pencampuran etnis berlangsung dengan asimilasi sempurna.
namun, bisa dilihat bahwa negara ini adalah negara yang sangat bergantung pada
Amerika dari berbagai sektor, hingga negara ini mampu didikte kebijakannya oleh
negara adikuasa tersebut.
Namun
dalam perkembangannya sekarang, Filipina berusaha menjadi sebuah negara yang
mandiri dan berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Amerika.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Benedict. 2002. Hantu
Komparasi (terj.). Jakarta: Qalam.
Bastin, John (peny.). Emergence
of Modern Southeast Asia : 1511-1957. New Jersey :
Prentice-Hall, Inc. 1967
Bersnan, John (editor). 1998. Krisis
Filipina: Zaman Marcos dan Keruntuhannya (terj.). Jakarta: Gramedia.
Grossmann, Bernard. Southeast Asia
in the World. Hamburg :
Otto Harrasowitz-Wiesbaden. 1972
Kahin, George McTurnan (peny.). Government
and Politics of Southeast Asia . London : Cornell
University Press. 1964
Steinberg, David Joel (peny.). In
Search of Southeast Asia : A Modern History.
Honolulu : University of Hawaii .
1987
Steinberg, David Joel. 1990. The
Philippines: A Singular And A Plural Place (cet.2). Westview Press.
Program Komputer. Encarta
Premium DVD 2009 : A Multimedia Encyclopedia And Atlas.
[1] George McTurnan Kahin (peny.), Government
and Politics of Southeast Asia, 1959, Hal. 680
[2] Ibid., Hal. 681
[3] John Bastin (peny.), Emergence
of Modern Southeast Asia : 1511-1957, 1967,
Hal. 22
[4] Moros adalah masyarakat Filipina yang berada wilayah selatan
seperti Sulu dan Mindanao . Mereka adalah
Muslim, berbeda dengan masyarakat Filipina yang mayoritas Katolik. Moros
sendiri diambil dari kata Moors, istilah yang digunakan bangsa Eropa untuk
mendefinisikan orang-orang Islam. Op Cit.,
Hal 681
[5] David Joel Steinberg (peny.), In
Search of Southeast Asia: A Modern History, 1987, Hal. 45-46
[6] Bernard Grossmann, Southeast Asia
in the World, 1972, Hal. 209-210
[7] George McTurnan Kahin (peny.), Government
and Politics of Southeast Asia, 1964, Hal. 685
[8] John Bastin (peny.), Emergence
of Modern Southeast Asia : 1511-1957, 1967,
Hal. 108
[9] Ibid., Hal. 115
[10] Namun kenyataannya, setelah kekuasaan Spanyol 1898, Filipina tetap
dijadikan koloni oleh penjajah Amerika. Kemudian karena keterdesakkannya di
Asia Tenggara dan Filipina khususnya Amerika menjanjikan penyerahan kedaulatan
bagi Filipina pada tahun 1946. Namun, rakyat Filipina tetap mengakui bahwa
kemerdekaanya diraih pada tahun 1898, yang dijadikan sebagai Hari Kemerdekaan
negara Filipina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar