Muhammad
Ridho Rachman
SATU
TAHUN SEPEDA KUNING: Keberadaan dan Peminatnya
Penambahan jumlah mahasiswa harus
pula diimbangi dengan penambahan jumlah fasilitas. Layaknya dalam hukum
ekonomi, semakin tinggi permintaaan harus juga diimbangi dengan tingginya penawaran agar tidak terjadi
kelangkaan yang menyebabkan inflasi. Berangkat dari hal itu lah, walau bukan
alasan utama, dibuat alat transportasi baru di UI: sepeda kuning.
Tampilnya sepeda kuning dalam kancah
dunia kampus cukup menarik perhatian mahasiswa yang biasanya harus dengan
pasrah menunggu bis kuning yang tidak tentu waktu keberangkatannya. Di tahun
pertamanya, 2008, sepeda kuning menjadi pilihan yang sangat menarik bagi para
mahasiswa. Bukan sekedar pergi ke tempat lain, tapi biasanya mereka memilih
sepeda kuning untuk melihat-lihat pemandangan di dalam kampus, jalan-jalan
bersama teman pastinya. Ketika ditanya mengenai antusiasme terhadap sepeda
kuning, Dwi Susilo Qomar mengatakan sangat antusias. Bahkan ketika pertama kali
mendapat KTM, mahasiswa antrop 08 ini, yang pertama kali dia lakukan adalah
memakai sepeda kuning. Sama halnya tanggapan yang disampaikan oleh Andi Arif,
sejarah 06, kesannya mengenai sepeda kuning adalah sangat baik. Ia melihat dari
sisi kebersihan lingkungan, menurutnya menggunakan sepeda merupakan salah satu
upaya pelestarian lingkungan dengan mengurangi emisi yang dihasilkan kendaraan
bermotor. Ia juga sangat setuju dengan keberadaan sepeda kuning ketika harus
menunggu lama bikun, ia lebih memilih menggunakannya ketimbang menunggu.
Pandangan lain disampaikan wakil
ketua BEM FIB ini, menurutnya sepeda kuning kurang mengenai sasaran. Banyak
mahasiswa menggunakannya hanya untuk sekejar jalan-jalan bersama
teman-temannya. Terlepas dari tujuan setiap penggunanya, sepeda kuning cukup
memberikan andil bagi kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas kampus ini.
Setelah satu tahun berjalan, apakah
masih ada antusias mahasiswa dalam menggunakan sepeda kuning ini? Atau hanya
maba saja, ketika di awal, yang lebih sering menggunakannya? Dari hasil survei
yang kami lakukan, hari jumat 9 Oktober 2009, ternyata antusias mahasiswa cukup
banyak, walau tidak secara jelas menyeleksi peminjam berdasarkan angkatan. Hasil
ini diperoleh dari petugas pencatat di berbagai shelter sepeda kuning. Menurut Hasanuddin, 21, biasanya peminjaman
ramainya ketika sore, untuk pulang atau jalan-jalan tambahnya. Hasanuddin yang
kali itu bergilir menunggu di shelter
Perputakaan Pusat, mengatakan “pocin, ekonomi, teknik, stasiun UI biasanya
rame.” Menurut Warca, petugas di shelter
stasiun UI, jumlah yang meminjam dan yang mengembalikan 210 kali. Bahkan
menurutnya, pencatatan bisa sampai tiga kali lipatnya ketika sore. Dan
menurutnya, shelter yang ramai itu adalah yang dekat dengan akses
keluar; stasiun UI, BNI, dan teknik.
Ismail Sunni, maba teknik sipil,
merasa cukup senang dengan keberadaan sepada kuning. Walau menurutnya, sepeda
kuning tetap tidak bisa menggantikan keberadaan bikun. Senada dengan yang
utarakan Andi Arif, sepeda kuning kurang tepat sasaran, hanya digunakan untuk
sekedar jalan-jalan. “terlepas dari itu, seneng buat keliling kampus!” Memang,
fungsi itu tergantung dari penggunanya, pihak rektorat hanya sekedar memberikan
pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa.
Ketika ditanya mengenai kelebihan dan
kekurangan sepeda kuning, mereka bertiga secara general sudah cukup puas walau kadang ada kerusakan teknis ketika
dikendarai atau sering terjadi penumpukan di satu titik, tapi kosong di titik
lain. Menurut Hasanuddin, setiap hari sepeda diservis. “sepeda digilir, 100
dikeluarin, 200 diservis. Suku cadang banyak kok di bengkel (di parkiran sepeda, di rektorat:red).” Kalau kasus
penumpukan, sudah ada mobil bak dan motor yang siap mendistribusikan ke
titik-titik yang kosong. Pembagian kerja dari petugas sepeda juga sudah
teroraganisasikan, selain penjaga shelter
ada tim montir yang mereparasi kerusakan, dan patroli yang tanggap ketika
terjadi suatu masalah. Misalkan soal kecelakaan, “sering tuh, di UI wood, biasanya anak cewe, tim patroli contact mobil
bak untuk bawa mahasiswa yang kecelakaan ke PKM.”
Sepeda kuning merupakan sebuah kemajuan
yang diberikan kampus bagi pelayanan terhadap mahasiswa dan juga merupakan
sebuah sumbangsih nyata bagi pelestarian lingkungan. Dan nyatanya, sampai
sekarang sepeda kuning masih merupakn pilihan yang baik bagi mahasiswa dengan
antusiasnya mereka terhadap fasilitas baru ini. Dengan harapan semoga bentuk
sumbangsih kecil yang dilakukan para organ kampus bisa memberikan efek positif
di dalam dan menularkan dampaknya yang baik untuk sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar