RINGKASAN BUKU “IN SEARCH OF SOUTHEAST
ASIA A MODERN HISOTORY”
CHAPTER 1
MUHAMMAD RIDHO RACHMAN, 0806343973
Masyarakat: Asia Tenggara abad ke-18
merupakan suatu wilayah yang masih pada satu tingkat peradaban tradisional.
Dalam buku ini digambarkan keadaan masyarakat yang dibagi berdasarkan jenis
pekerjaannya, yang pekerjaan merupakan suatu bentuk pengadaptasian diri terhadap
lingkungan alam.
Pekerjaan
pertama adalah sebagai petani lahan basah. Suatu sistem bercocok tanam yang
cukup kompleks yang sangat bergantung pada pengairan dari aliran-aliran sungai
yang banyak terdapat di kawasan ini. Sistem penanaman seperti ini secara
konsisten tetap dipertahankan di seluruh kawasan di Asia Tenggara, tidak
tergantung pada musim, yang terkadang panjangnya musim hujan atau kemarau.
Dalam keseluruhan masyarakat Asia Tenggara, tradisi pesta saat musim panen
merupakan hal yang biasa dilakukan untuk merayakan hasil pertanian yang lama
meraka nantikan. Ada juga tradisi lain yang biasa dilakukan masyarakat seperti
pesta makan besar dan festival, pernikahan, bersenang-senang, dan pesta
lainnya. Dilihat dari wilayahnya, Asia Tenggara memang banyak memiliki sungai,
danau, dan laut yang kaya ikan. Nelayan adalah pekerjaan kedua yang dibahas
dalam buku ini. Ikan oleh masyarakat dijadikan sebagai makanan pokok. Sistem
mengawetkan ikan sudah dikenal penduduk sejak lama. Dalam menangkap ikan,
penduduk menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana secara berkelompok
dengan menggunakan jala. Kemudian dalam masyarakat kampung, juga ada yang
berprofesi sebagai tukang (batu, kayu) dan pandai (orang yang memiliki
keahlian) dan juga pemuka agama. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki
keahlian dalam suatu bidang dengan belajar atau pengalaman. Mereka seperti
dalang, dukun/peramal, dan ahli medis. Dalam beberapa desa juga terdapat para
ahli seperti pandai besi, tukang kayu, dan wanita-wanita yang pandai menenun. Praktik
perbudakan pada masa ini masih terjadi di Asia Tenggara. Berbagai jenis budak
seperti budak keturunan, bukan teturunan, sementara, dan permanen. Dan
orang-orang yang berada di luar desa, orang-oran yang tidak menetap di desa,
seperti para pedagang, bandit, dan lainnya yang berada di luar insititusi
sebuah desa. kemudian ada orang-orang yang tinggal di dataran tinggi, yang
secara umum berbeda dengan orang di dataran rendah. Mereka yang cenderung
mengisolasikan diri, mempunyai sistem perpolitikan dan pertanian yang berbeda
dengan daerah rendah, yang masih sederhana karena kecenderungannya menutup diri
tersebut.
Otoritas dan masyarakat desa: Secara
individu, masyarakat desa dengan pegunungan mempunyai beberapa persamaan. Namun,
di desa kesatuan lebih mencakup dalam kerangka yang lebih luas, menghubungkan
suatu tatanan desa yang melalui sang pemimpin lokal. Dalam hal ini, terasa
pentingnya sosok seorang kepala desa.
Dalam
kesatuan desa, sosok kepala desa memiliki otoritas tinggi di seluruh wilayah
Asia Tenggara. Dalam tradisi Melayu, seorang kepala desa disebut penghulu.
Biasanya sang kepala desa merupakan pendiri desa atau keturunannnya. Di
Filipina, sebelum kedatangan Spanyol, seorang kepala desa disebut datu,
kemudian berubah menjadi cabeza de barangay atas intervensi Spanyol. Di Burma
Utara disebut ywa thu-gyi atau myei-tang. Sama halnya dengan di Melayu, jabatan
kepala desa diperoleh berdasarkan keturunan, namun bisa diduduki oleh laki-laki
atau perempuan. Berbeda hal dengan Vietnam, pemimpin dipilih oleh para
anggotanya. Vietnam merupakan satu contoh pentingnya dalam kosensus sebagai
sumber dan mendasar bagi otoritas desa.
Tingkat
sosial dan administratif terus mengalami perkembangan ke arah suatu sistem
kerajaan atau kota, yang merupakan provinsi kota yang menjadi pusat sebagai
tempat pertemuan antarindividu dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Dalam
bahasa Thai disebut kammuang, kota/provinsi bisnis. Desa telah membuat
kesepakatan dengan pemerintah muang, daripada secara langsung dengan raja. Ibu
kota provinsi mempunyai hubungan hierarakis secara langsung. Provinsi dan kota
distrik di Asia Tenggara berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Kekuatan wilayah (provinsi): Terdapat
tiga jenis sistem birokrasi dalam masyarakat Asia Tenggara. Jenis pertama
adalah provinsi administrasi yang mewakili seperti yang ditemukan di Burma,
Thailand, Kamboja, dan Jawa yang pada dasarnya penguasaan manusianya daripada
penguasaan atas tanah. Provinsi di Vietnam, berbeda dengan wilayah yang
beragama Buddha dan etnis Jawa, ciri khasnya dengan kepemilikan tanah, lebih
luang, dan sistem pembelajaran klasik. Model birokrasi yang ketiga dari suatu
provinsi administasi adalah Spanyol di Filipina. Yang mana posisi tertinggi
dalam kehidupan sosial dan politik diisi oleh orang luar. Berasal dari
semenanjung Iberia atau dari kalangan raja, mereka tinggal tidak diseluruh
Filipina. Mereka datang sebagai birokrat, tentara, dan politikus.
Kehidupan religious dan kepemimpinan: Dalam
dunia keagamaan, pada abad ke-17 Asia Tenggara telah mempunyai tiga agama
dunia, Buddha, Islam, dan Kristen yang telah menyatu dengan penduduknya. Dalam
agama Buddha, dibagi menjadi dua yakni Buddha Mahayana dan Buddha Teravada.
Secara umum terdapat beberapa perbedaan; Buddha Mahayana dalam penyebaranya
berasal dari India ke Nepal, Tibet, Mongolia, Cina, Korea, Jepang, dan Vietnam
Utara. Buddha Teravada (Hinayana) menyebar dari India ke Sri Langka, Burma,
Thailand, Kamboja, dan Laos. Dalam
pengajarannya, Theravada secara keras mengikuti perkataan dari Buddha Gautama,
namun Mahayana pengajarannya lebih luas dalam interpretasi dan menggabungkan.
Islam
dan Kristen merupakan agama yang terakhir datang ke kawasan Asia Tenggara.
Islam awalnya datang ke utara Sumatera dan menjalar sampai ke kepulauan di
selatan Filipina. Datangnya agama Islam merupakan suatu akibat tambahan dari
perdagangan internasional. Agama ini menyebar dan menguasai pesisir, dengan menggunakan
jalur lautmasuk ke kepulauan-kepulauan di nusantara. Kemudian disusul oleh
agara Kristen, agama yang dibawa oleh Spanyol dari Eropa. Spanyol menduduki
wilayah Filipina dan memindahkan agama penduduk di wilayah tersebut. Dengan
semangat 3G (gold, glory, gospel) Spanyol sangat konsern dalam menguasai dan
mengajarkan agama kepada suatu wilayah. Para pendeta dan birokrat didatangkan
ke Filipina untuk menjalankan tugasnya.
Pedagang dan pasar: kegiatan
perdagangan di Asia Tenggara dimulai ketika hubungan sederhana antardesa.
Pedagang-pedagang lokal berlayar antarpulau di Asia Tenggara. Pedagang Melayu
dan Bugis yang terkenal mengarungi pantai dan sungai yang membawa barang
dagangan dalam skala yang kecil. Ketika masa pelayaran, mulailah berdatangan
pedagang dari berbagai kawasan seperti Cina, India, Arab, dan Eropa.
Perdagangan mengarungi lautan dimulai dengan Cina telah membuka kawasan Asia
Tenggara terhadap perdagangan internasional.
Kemudian,
mengundang datangnya bangsa Eropa, dalam hal ini VOC yang lebih intensif,
dimulai dengan menempatkan kantor
dagangnya di Batavia (Jakarta) menjadikan perkembangan sejarah kawasan menjadi
sangat berbeda antarwilayahnya sampai saat ini.
Raja Buddha: Sebelum abad ke-18, sistem
politik di Asia Tenggara terdiri dari berbagai jenis yang disesuaikan dengan
sistem budaya dan agama masing-masing wilayah. Di wilayah Thailand, Burma, dan
Kamboja dahulu terbentuk suatu sistem Raja Buddha seperti dalam Kerajaan Ava
dan Ayudhya, Pnom Phen, Lao dan Shan. Institusi kerajaan ini merupakan pengaruh
besar dari agama Theravada yang membentuk sistem sosial-politik yang
berdasarkan ajaran agama Buddha. Adanya sistem yang disebut diplomasi tributary
yang dibawa dari Cina.
Raja Vietnam: yang disebut sebagai “Son
of Heaven” yang merupakan pusat kekuatan alam di bumi. Suatu sistem yang
menjadikan sangat berkuasanya seorang raja karena mendapat restu dari Sang
Dewa. Namun, dalam hal diakuinya tidaknya seorang raja sebagai “Son of
Heaven”ditandai dengan restu dari alam. Jika terjadi bencana alam pada masa
pemerintahannya merupakan suatu pertanda bahwa raja tersebut tidak memperoleh
restu dari Dewa yang menjadi pemilik dari dunia kosmos.
Sultan Melayu: adalah susatu sistem
pemerintahan di wilayah Melayu yakni di Semenanjung Malaya, Pulau Suamtera,
Maluku, Kepulauan Sulu, Kalimantan, dan Utara Jawa. Kerajaan bisasanya berada
di muara-muara sungai yang dekat dengan laut yang bisa menguasai jalur
keluar-masuk pelayaran di sungai dan laut yang memang biasanya kerajaan Melayu
mempuyai sistem perdagangan yang kuat.
Raja Jawa: setelah sistem kerajaan
Hindu-Buddha yang diakhiri oleh Kerajaan Majapahit kisaran tahun 1400-an,
sistem politik kerajaan di Jawa mengalami revolusi dengan menggunakan agama
Islam sebagai dasar kerajaan. Dimulai dengan penyebaran agama oleh Wali Songo
di seluruh Jawa yang meyebarkan agama Islam dengan cara yang toleran dengan
menggabungkan Islam dengan kebudayaan Jawa. Seperti menggunakan wayang kulit
sebagai media menyebarkan agama.
Kekuatan
Islam di Jawa Berjaya pada masa kerajaan Mataram dengan Sultan Agung sebagai
rajanya. Mataram merestorasi sistem politik di Jawa dengan menghancurkan
kerajaan-kerajaan pesisir dan menggiring warganya masuk ke dalam menghindari
wilayah pesisir, dan menjadikan warganya terbelakang.
Namun,
kerajaan ini tidak bisa bertahan lama, dan sistem perpolitikan Jawa berubah ke
bentuk yang baru tahun 1757 di tangan VOC yang berkeinginan mengusai Jawa
sepenuhnya.
Guberbur
Spanyol: gubernur dan Kapten-Jendral Filipina muncul menjadi satu kekuatan
besar di Asia Tenggara. Dengan kekuasaannya yang besar di Manila, ia membuat
perwakilan kekusaan Gereja Katolik Roma. Kekuasaan Spanyol di Filipina hampir
seluruhnya dari Meksiko, sebelum kerajaan menduduki Manila. Bagaimanapun, kemegahan
dan posisi gubernur berada di atas sipil, militer, dan birokrasi pendeta,
kekutan sang gubernur tetapi sebuah fraksi apa yang mereka lihat.
Pertama,
masa jabatan gubernur tdak kokoh dan independen seluruhnya pada rajanya. Kedua,
struktur administrasi kolonial adalah bahwa gubernur bisasanya bersaing dengan
bantuan utamanya dalam dewan kerajaan. Ketiga, mayor Spanyol konsern pada
koloni adalah perdagangan kapal layar.
Gubernur-Jendral
Spanyol di Filipina tidak sendiri dalam menjalankan seluruh kekuatannya,
dicocokkan oleh kekutan lain di masyarakat.seperti di Filipina, pengusa
Thailand, Kamboja mendapatkan otoritas pengusaan yang tahan dan kuat dari
perlawanan di bawah kuasa sentral. Penguasaan religi atas seluruh wilayah
menjadi kekuatan yang besar bagi seluruh aspek kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar