DIRHAM KEPALA PENYAMUN
Diceritakan kembali
oleh
Muhammad Ridho Rachman
(080343973)
Pagi di penjara ini merupakan pagi ketujuh yang
dialaminya. Ia menghitungi kembali jeruji yang membuatnya tidak bisa berkutik terhadap
situasi ini. Lamunannya melayang membayangkan ketika ia berada di luar, di
tengah hutan belantara, jauh dari garis wilayah kerajaan. Ia adalah seorang
kepala penyamun yang ditakuti setiap orang bahkan kerajaan tak mampu menangkap
ia dan gerombolannya. Setiap datang para saudagar yang ingin masuk ke kota,
pasti harta bendanya mampu dirampas oleh rombongan penyamun Dirham walau
saudagar-saudagar telah membawa pengawal-pengawal yang telah dibayar mahal.
Dirham dan anak buahnya memboyong seluruh harta setiap orang yang dirampoknya
tanpa ampun.
Seperti biasanya, seluruh harta rampasannya disimpan di
dalam gua di tengah hutan yang tertutup rapat oleh batu besar seperti pintu
yang tak mampu didorong oleh orang biasa. Dengan kekeuatannya, Dirham hanya mengatakan
“Alakazam, buka!” dan secara perlahan batu besar penutup gua terbuka. Gunungan
emas, perak, dan barang berharga lainnya ditumpuk tak teratur. Harta-harta itu
telah ditumpuk sejak ia masih muda, ketika ia berhasil menghindar dari kejaran
pasukan kerajaan seberang yang ingin menangkapnya.
Tak disangkanya dua minggu yang lalu merupakan kelalaiannya
yang fatal. Hari itu mereka seperti biasa memasukkan barang rampokan emas ke
dalam gua. Mereka tak sadar bahwa ada seseorang yang melihat mereka bisa masuk
ke dalam tembok gunung yang tertutup rapat. Hal itu berjalan tanpa mereka
sadari hingga keesokan harinya Dirham dan anak buahnya mendapati seseorang pria
menggondol emas yang terjebak di dalam gua. Mereka pun terkejut, “hei maling!
Tangkap dia, dibunuh” teriak Dirham kepada anak buahnya. Para perampok kejam
itu pun langsung menghabisi nyawa lelaki yang ketakutan itu. Dengan luka
tebasan pedang di sekujur tubuhnya, lelaki itu pun mati kehabisan darah.
Ditinggal saja mayatnya oleh gerombolan perampok itu. Mereka masuk ke dalam,
meletakkan harta rampokan hari itu. Ada sedikit ragu dalam hari Dirham,
“mengapa sampai bisa seseorang masuk ke dalam gua persembunyian kita?” tanyanya
kepada seluruh anak buahnya, namun tak ada yang menjawab. Mereka semua saling
bertatapan, mencari kata dari seseorang yang akan mengeluarkan jawaban bagi
pertanyaannya. Dan tak satu pun menjawab. “semoga hanya lelaki itu yang
tahu..”, tandasnya mengakhiri pembicaraan singkat mereka dan langsung bergegas
meninggalkan gua.
Esoknya gerombolan rampok Dirham kembali ke gua, mereka
terkaget-kaget mendapati mayat lelaki yang dibunuhnya telah hilang. “Tak salah
lagi, pasti ada orang lain yang tahu rahasia gua ini, ayo kita cari dan bunuh
dia!” perintahnya dengan nada sangat marah kepada anak buahnya. Mereka pun
mulai berkeliling ke pelosok kota. Ketika mereka bertemu dengan seorang tabib,
mereka bertanya,”Apakah akhir-akhir ini ada ornag yang kaya mendadak? Tolong
antarkan kami kepadanya!” tandas Dirham dengan cepat. “Aku lah orang itu,
karena sehabis menjahit luka seorang mayat, aku menjadi orang kaya”. “Apa!
Siapa yang memintamu melakukan itu? Tolong antarkan kami kepadanya”. Tabib itu
pun menunjukkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar