Laporan Bacaan
“Problem with Rhode
Island Traders in Java, 1799—1836”[1]
Muhammad Ridho Rachman,
0806343973
Jauh
sebelum Revolusi Amerika, kehidupan ekonomi Pulau Rhode sangat bergantung
kepada orang Karibia dan perdagangan orang-orang Afrika. Tetapi semenjak
kemerdekaan politik Amerika telah menutup jalur perdagangan tersebut. Namun,
seiring perkembangannya, ditemukan alternatif perdagangan yang lebih penting
dengan Mediterania, Baltik, denga Timur Jauh dan Hindia Belanda. Pada tanggal
22 Februari 1784, tercatat Kapal Empress of China berlayar dari New York ke
Kanton sebagai ekspedisi Amerika pertama ke dunia Timur. Kemudian interaksi
perdagangan Amerika dan Asia kian erat pada perkembangan tahun-tahun
berikutnya, terutama pedagang dari Pulau Rhode dengan Jawa.
Dalam
hubungan perdagangan Amerika-Asia, Kanton merupakan pasar yang menjadi daya
tarik utama Amerika. Namun, Hindia-Belanda memiliki arti penting tersendiri
mengenai perdagangan kopi setelah pasokan utama sebelumnya, Haiti, mengalami
kegoncangan karena pemberontakan budah 1792. Padahal, tanaman kopi bukan lah
tanaman asli Hindia-Belanda. Dengan kebijakan kolonial, Belanda berhasil
memperkenalkan budaya kopi di tanah Hindia hingga menjadi pemasok utama kopi ke
Pulau Rhode.
Dalam
penelitian mengenai perdagangan Rhode dengan pulau Jawa terdiri dari beberapa
tahapan. Tahap pertama dan yang paling aktif berlangsung 1799—1807, tahap ini
sangat menguntungkan Pulau Rhode karena posisi Amerika sebagai negara yang
netral ketika terjadi Parang Napoleon yang berkecamuk di Eropa yang mengacaukan
sistem perdagangan dunia. Dalam fase ini, perdagangan mengalami permasalahan
utama atas ketidakpastian dari kebijakan Pemerintah Belanda yang melakukan
pembatasan-pembatasan bagi pedagang-pedagang asing dalam membeli komoditas yang
dijual dan menerapkan kebijakan kewajiban pembelian gula dan lada bagi setiap
kapal dagang. Selain itu masalah penangkapan, penyiataan, dan pembajakan yang
juga muncul dalam kegiatan perdagangan.
Masalah
yang cukup mendapat perhatian penting pemerintah AS adalah masalah pembajakan,
Presiden John Adam mengirim kapal Frigate ke Batavia untuk mengamankan perjalanan
kapal-kapal dagang AS di Cina dan Batavia.
Perbedaan
iklim pun menjadi masalah yang penting bagi pedagang Amerika, John Bowers
mengamati bahwa “iklim yang tidak sehat di negara ini membuat Amerika sangat
cemas dan sangat mungkin untuk meninggalkan semua pengiriman barang… entah
sakit karena disentri, kolera, atau ‘demam Batavia’ ”. Bahkan, kematian besar
menimpa kapal Jay John dan Asia, termasuk di dalamnya Dr. Wescott seorang ahli
bedah. Brown dan Ives merasa penting menyikapi ancaman ini, hingga dibuat
kebijakan di Batavia, bahwa awak tidak diperintahkan untuk turun dari kapal.
Proses pengepakan muatan kapal menggunakan jasa buruh lokal. Kemudian, ketika
munculnya perdagangan kopi di Tanjung Harapan, mereka lebih memilih untuk
membeli di sana.
Kuatnya
posisi Amerika kian terasa ketika pesaing mereka, Denmark, memasuki masa
konflik dengan Prancis. Oleh karena keadaan ini, pemerintah Belanda mengirim
van Polanen ke Amerika untuk bernegoisasi mengenai pengiriman kopi,
rempah-rempah, gula, dan produk lainnya.
Fase
tahun 1807—1815 adalah tahun-tahun aktivitas komersial, yakni ketika
Undang-Undang Embargo dicabut, sehingga menjadi kesempatan Amerika untuk
memaksa pencabutan pembatasan perdagangan terhadap mereka. Namun, pada tahun
1812, terjadi Perjanjian Ghent antara Amerika Serikat dengan Inggris Raya
mengenai penghentian perang Eropa yang membangkitkan perdagangan yang
sebelumnya terhenti pada masa perang berkepanjangan di Eropa. Oleh karena itu,
dekade setelah perang tahun 1812 berakhir sebuah era perdagangan Rhode Island
sukses menjadi besar karena gangguan masa perang yang terjadi sebelumnya.
Selama
tahun-tahun perang, produk-produk Jawa telah terakumulasi tetapi dengan
kebangkitan perdagangan oleh semua bangsa, keberadaan mereka segera dibersihkan
dari pasar dan harga cepat naik, begitu pula produksi. Misalnya meningkatnya
output dari sekitar 50.000 pikul pada tahun 1816 menjadi hampir 300.000 pikul
dalam tahun 1823. Jumlah kapal yang datang ke Batavia juga meningkat, tahun
1819 mereka mencapai 171 kapal.
Penguasa
Belanda berharap untuk membalikkan situasi karena itu dibuat upayan untuk
mengamankan Batavia, bukan yang lebih besar untuk pengiriman Belanda. 1815
peraturan Belanda untuk perdagangan di Hindia Timur termasuk klausul dimana
kapal Belanda dan barang dagangan milik warga milik Belanda serta orang-orang
Belanda akan membayar impor dan bea ekspor dari orang asing dan bahwa di
kemudian hari ditetapkan pengurangan tugas akan diberikan hanya untuk kapal
dibangun di Belanda atau di Timur Belanda Indies. Peraturan ini, bagaimanapun,
terbukti tidak efektif. Ketika Stamford Raffles bertugas di Jawa, ia menemukan
metode untuk mendorong perdagangan Inggris tanpa bea diferensial dengan
meningkatkan sebesar 30% nilai faktur dari barang di kapal-kapal Inggris dan
60% pada barang-barang di kapal lain. Pada 1817, Belanda mengadopsi sistem ini
dan pada tahun berikutnya perangkat tambahan seragam diterima tapi kewajiban
itu tetap sebesar 6% untuk kapal-kapal Belanda dan 12% untuk kapal asing.
Sebuah revisi lebih lanjut di tahun 1819 memungkinkan impor menghasilkan keinginan
kapal-kapal Belanda bebas pajak.
Kesehatan
terus menjadi masalah utama selama fase perdagangan. Jumlah korban tewas akibat
demam Batavia terus tinggi. Para supercargoes
seperti biasa tidak sabar untuk meninggalkan Batavia untuk keadaan yang lebih
menyenangkan setiap kali mereka harus tinggal selama beberapa minggu. Pada
1818, Nathaniel Pearce, ia melaporkan bahwa "kita tidak bisa memperhatikan
interposisi Providence dalam
pelestarian kehidupan dan kesehatan kru. Kami telah mempertahankan tapi satu
kerugian dengan kematian selama perjalanan panjang". Salomo Townshend mengatakan
bahwa "tidak semua kekayaan Jawa akan menjadi perangsang, setidaknya bagi
saya untuk mengunjungi Golgota itu lagi ... saya dapat meyakinkan Anda bahwa
keuntungan dari perjalanan ini, akan tetapi kompensasi yang kecil untuk penderitaan
yang harus dialami". Langkah pencegahan, tampaknya tidak akan sangat
efektif dan sangat sering orang tambahan harus direkrut di Batavia untuk
perjalanan ke Kanton karena terlalu banyak anggota kru asli jatuh sakit.
Kenyataan
bahwa kondisi di Batavia tidak terlalu kondusif dan pasar Eropa untuk barang
Hindia mengalami berbagai kehilangan, masalah yang dihadapi oleh pedagang
adalah bahwa untuk memutuskan kapan harus menarik diri dari bidang ini
aktivitas. Meskipun demikian, beberapa pelayaran sporadis dibuat. Tapi meskipun
Batavia dan kopi masih identik, bahwa kini menjadi impor sekunder hanya
pastikan mereka mendapat bantuan. Keputusan untuk menarik diri dari perdagangan
Batavia, setidaknya di mana Brown dan Ives khawatir, sebagian ditekankan oleh
kebijakan Belanda di Jawa yang ketat. Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh
Belanda memaksa mereka untuk mengambil langkah-langkah baru dan langkah-langkah
di Batavia sangat mempengaruhi Kepulauan Rhode. Perang Jawa (1825-1829) telah
menyebabkan situasi keuangan yang sudah menyedihkan pemerintah Belanda.
Kemudian pada tahun yang sama bahwa Perang Jawa berakhir, pemberontakan dari Belgia
melawan pemerintahan Raja William I menyebabkan konflik bersenjata yang
berlangsung selama 9 tahun. Kas Belanda Oleh karena itu dikosongkan baik di
Belanda dan di Jawa. Dengan latar belakang ini, bahwa Gubernur Jenderal baru
Jawa, Van den Bosch, meyakinkan Raja bahwa dia akan menemukan cara untuk
meningkatkan produksi tanaman ekspor di Jawa dengan nilai 20 juta gulden pertahun.
Tetapi untuk mencapai hal ini, hak khusus harus diberikan kepada pedagang
Belanda dan melewati langkah-langkah khusus untuk memastikan bahwa kapal-kapal
Belanda akan menangani produk-produk Jawa. Sebelumnya, setelah pembentukan
Perusahaan Dagang Belanda pada tahun 1824, sebagian besar kopi dan gula Jawa
dilakukan oleh Perusahaan ke Belanda. Ekspor ini bersama-sama dengan impor meningkat
dari kapas Belgia yang memberikan stimulus untuk pengiriman Belanda. Jadi,
sementara jumlah kapal-kapal Belanda di Batavia pada turun dari 57-110 pada
tahun 1828, jumlah kapal Inggris turun 35-44 dan kapal Amerika menurun 38-13
dalam periode yang sama kebijakan ini dilanjutkan setelah tahun 1830 ketika
kesepakatan dibuat antara Pemerintah Belanda dan Perusahaan Dagang Belanda
dimana semua produk yang diperoleh oleh Pemerintah di bawah Sistem Kebudayaan
di Jawa diserahkan kepada Perusahaan ini. Akibatnya, Belanda berhasil menangkap
pangsa utama perdagangan Jawa dan meningkatkan pendapatan yang masuk ke
perbendaharaan Belanda dari Jawa kesaksian keberhasilan ini.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus