sanggahan
MAL DAN HOTEL MALAH
DIPAKSA BERHEMAT LISTRIK
Oleh: Muhammad Ridho
Rachman, 0806343973
Pemadaman listrik kerap terjadi di masyarakat akhir-akhir
ini, memang tidak bijak jika terus menyalahi pemerintah. Kalau dilihat antara
rakyat dan pemerintah sebagai hubungan antara konsumen dan produsen, bakal
terus-terusan pemerintah disalahkan sebagai penyedia layanan yang tidak
memuaskan. Rasanya ingin pindah ke perusahaan lain saja kalau bisa. Langkah yang
telah dilakukan terhadap masalah ini adalah dengan melakukan penghematan
penggunaan listrik oleh semua kalangan agar jangan masyarakat terus mengalami
kerugian dari pemadaman bergilir. Padahal mereka hanya lah pengguna kecil dari
total pasokan listrik itu. Kini giliran
pusat perbelanjaan ditodong untuk ikut berhemat. Langkah pemaksaan oleh
pemerintah telah dilakukan sejak lama oleh perusahaan bisnis dengan mengurangi
jam kerja mereka, namun langkah penghematan itu masih kurang dengan dibuktikan
masih saja ada pemadaman yang terjadi di kalangan masyarakat kecil. Mal dan
hotel dipaksa berhemat dalam menanggung keterbatasan pasokan ketersediaan
listrik oleh pemerintah. Di sisi pengusaha, mereka sangat berkeberatan terhadap
kebijakan yang menutupi kelemahan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan subtansi
masyarakat.
Pemaksaan yang dilakukan pemerintah sejak 1 Agustus ini
rasanya sangat memberatkan para pengusaha mal dan hotel. Tak mungkin mal dan
hotel mengangkas jam kerja mereka seperti perkantoran. Mereka dituntut
menyediakan pasokan listrik 24 jam sehari untuk konsumen mereka, terutama
hotel. Hal ini lah yang membuat mereka terpaksa menyiasatinya dengan penggunaan
genset. Namun, mereka mengeluhkan beban yang harus dikeluarkan atas biaya
genset yang harus mereka gunakan minimal lima jam per minggunya. Ratusan juta
bahkan miliaran rupiah mereka keluarkan untuk biaya operasional genset
perbulannya.
Mereka sebagai konsumen awalnya sudah diberatkan dengan
beban kenaikkan listrik 25% tahun lalu. Rasanya tidak tepat kalau mereka terus
digencet bahkan dikuras pemerintah sebagai aling-alingan ketidakprofesionalan
pemerintah dalam memasok kebutuhan listrik. Hal ini lah yang membuat para
pengusaha mal dan hotel sangat menyayangkan solusi sepihak dari pemerintah
tanpa melihat kerugian yang akan diderita para pengusaha tersebut.
Atas alasan demi kepentingan bersama, hotel dan mal-mal
terus saja dikorbankan dalam kasus ini. Dengan dipandang sebagai tempat orang
kaya menghamburkan duitnya, lagi-lagi jadi alasan yang menyulitkan bagi para pengusaha.
Alasan bahwa pengusaha mal dan hotel tidak akan mengalami kerugian, tidak tepat
juga. Tergantung dari perkembangan kedepannya. Pengusaha sebagai penyedia
barang dan jasa sangat tergantung dari tren konsumen.
Langkah pemangkasan listrik di sektor-sektor penyedot
listrik terbesar memang harus dilakukan. Namun, bukan saja oleh mereka. Semua pihak harus
berhemat. Langkah kampanye di iklan-iklan memang sudah tepat. Namun, tidak
berhenti di situ. Pemerintah harusnya tidak hanya berpangku tangan atau
bertindak lamban dalam masalah ini. Pemerintah harus melakukan audit pembangkit
dan pembenahan internal. Harapan kita semua adalah penyediaan listrik yang
memadai oleh perusahaan setrum negara. Dan dalam masalah genset, pemerintah
diharapkan menyediakan pasokan bahan bakar yang memadai yang selama ini
dikhawatirkan para pengusaha demi mendukung program yang telah dibuatnya
sendiri. Bukan hanya diam dan meninggalkan kebijakannya begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar