Review Film “Can We Talk
About Self Esteem?” Dalam Perspektif Sosiologi
Muhammad Ridho Rachman, 0806343973
Dalam film kartun yang berjudul “can we talk about self
esteem?” diceritakan sebuah masalah dalam keluarga, khususnya mengenai
anak-anak yang sedang menginjak masa remaja. Kedua putra dan putrinya mengalami
masalah yang sulit mengenai bentuk fisik mereka. Berjerawat, berhidung besar, dan
persoalan-persoalan fisik lainnya yang mereka alami. Memang dalam
perkembangannya, simbol-simbol berjerawat, berhidung besar, dan masalah fisik
lain yang dialami remaja sangat menjadi masalah besar bagi mereka.
Bahkan hal yang sepele dibuat
besar ketika mengatakan ingin mati, membenci diri sendiri, merasa sangat aneh, terlihat
seperti monster, badan yang gemuk. Sebenarnya yang mereka alami merupakan
ketidakpercayaan diri mereka terhadap penampilan. Padahal, belum tentu
pandangan seperti itu yang dibuat oleh public terhadap mereka.
Thomas terkenal dengan
ungkapannya bahwa seseorang mendefinisikan sesuatu sebagai hal yang nyata, maka
konsekuensinya adalah nyata. Sehingga perkataan merasa sangat aneh menjadi
nyata dalam pandangannya.
Krisis
kepercayaan diri yang dialami oleh kedua remaja tersebut harus dibantu oleh
orang lain di sekitarnya. Oleh orang tuanya yang merupakan orang terdekat
mereka. Ketika diceritakan dalam film, ibu merasakan gelagat yang berbeda dari
anak-anaknya atau suatu simbol yang oleh White dimaksudkan sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang memepergunakannya. Kemudian
ibu tersebut bertanya kepada suaminya yang tidak merasakan hal demikian itu.
Bahkan menurut suaminya, anak-anak dalam keadaan baik-baik saja, 100%. Itu lah
naluri seorang ibu yang mampu mengerti apa yang sedang dialami oleh
anak-anaknya.
Kemudian,
kedua orang tua memanggil kedua anaknya. Mereka bertanya apa yang sedang mereka
alami.. Mereka menjawab, baik-baik saja. Namun, kemudain mereka melanjutkan
pernyataannya dengan pertanyaan berapa biaya untuk operasi plastik? Dan apakah
ada garansinya? Dari pertanyaan tersebut dapat diambil kesimpulan dari konsep
dalam sosiologi, expression given off; pernyataan terlepas atau dilepaskan yang mengandung informasi
yang menurut orang lain memperlihatkan ciri si pembuat pernyatan. Kedua oranr
tuanya menyadari apa yang sebenarnya dialami kedua anaknya. Dan juga orang
tuanya mengerti mengenai situasi ketika kedua anaknya berbicara mengenai
operasi plastik, yang dalam istilah sosiologi dikenal dengan definisi situasai
yang maksudnya suatu tahap penilaian dan pertimbangan yang selalu mendahului
tindakan seseorang. Rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang
dinamakan definisi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini orang yang
bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Walaupun tanpa
kedua anaknya mengatakan permasalahan yang dialami, orang tua sudah bias
mengidentifikasi masalah tersebut dari situasi-situasi yang ada.
Dalam
cerita dilajutkan dengan aksi seorang
anjing yang mengatakan, self esteem, i looks fabolous. Dimaknai bahwa
seekor anjing merasa percaya diri dengan segala bentuk fisiknya. Hanyalah
permasalahan kepercayaan diri yang dialalmi kedua remaja tersebut, yang memang
tidak berbeda dengan apa yang dialami remaja-remaja pada umumnya. Tapi
kepercayaan diri dibangun dari dalam diri sendiri, jangan hanya karena keadaan
fisik yang (sedikit) tidak sempurna samapai-sampai ingin mati atau merasa
seperti monster. Hargai diri sendiri dengan merasa paling beruntung walaupun
dengan keadaan seperti itu, sehingga semua anugerah yang diberikan bisa menjadi
positif bagi kita dalam menjalani kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar