Media
Penyebaran Islam di Banten
Penyebaran Islam ke
Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 7 M
melalui para pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia. Proses penyebaran ini
mempunyai pengertian yakni meng-Islamkan orang yang belum muslim dalam rangka menambah
jumlah muslim dan meng-Islamkan orang yang sudah menjadi muslim dalam rangka
meningkatkan kualitas muslim. Khusus diwilayah Banten dan Jawa Barat Barat,
menurut Edi S. Ekajati secara garis besar proses penyebaran dapat dibedakan
atas empat tahap. Keempat tahap yang dimaksud adalah[1]:
- Tahap memperkenalkan agama Islam kepada orang-orang
yang belum menganut agama Islam
- Tahap memberikan pelajaran tentang ajaran Islam dan
memperkuat eksistensi umat Islam.
- Tahap memperdalam ilmu agama Islam dan menerapkan
konsep Islam dalam kehidupan masyarakat
- Tahap memperbaharui pemikiran dan kehidupan Islam di
dalam masyarakat
Di wilayah
Banten sendiri, penyebran Islam sudah mulai dirintas oleh Sunan Gunung Jati
sejak tahun 1528. Namun setelah memandang anaknya, Sultan Hasanudin cukup ilmu
menyebarkan Islam, ia pergi kembali ke Cirebon kemudian penyebarkan Islam tersebut
di percayakan kepada Sultan Hasanudin. Ditangan Sultan Hasunudin inilah
kemudian berdiri kerajaan Banten dan dibawah bayang-bayang kerajaan penyebaran
Islam semakin berkembang. Penyebaran Islam di Banten tersebut dapat terlakasana
melalui berbagi media penyebaran.
Media-media penyebaran tersebut
diantaranya adalah:
1. Saluran
Perkawinan
Media saluran
perkawinan merupakan media yang biasa dilakukan oleh para penyebar Islam di
Nusantara dengan cara menikahi seorang putri atau gadis dari orang yang
berpengaruh di suatu daerah tertentu. Media ini telah digunakan oleh Sunan
Gunung Jati pada saat melakukan penyebaran Islam di wilayah Bnaten. Dari ke
enam Istri yang dimilikinya, diantaranya berasal dari Banten.[2]
2. Sosial
dan Budaya
Pada masa Sultan
Abul Mafakhir Mahmus Abdul Kadir, Banten menjadi sebuah pusat ilmu pengetahuan
Islam. Pada masa ini pula telah muncul Jaringan ulama Timur Tengah dan
Nusantara, tarekat-tarekat menjadi berkembang seperti Tarekat Qadariyah,
Naqsyabandiyah, Qadariyah wa Naqsyabandiyah, Sattariyah, Rifaiyah dan Tarekat
Khalwatiyah.[3]Dengan
kemunculan jaringan ulama ini beserta ajaran tarekatnya, penyebaran Islam di
Banten menjadi semakin berkembang. Islam menjadi semakin hidup ditengah sosial
budaya masyarakat Banten.
Ulama
tarekat hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha untuk menghayati
kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama-sama di tengah-tengah masyarakatnya.
Melalui mereka penyebaran agama Islam dilakukan dengan mensesuaikan kondisi,
alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran-ajaran Islam
dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat.
3. Saluran
Politik
Upaya penyebaran Islam
juga dilakuan dengan media kekuasaan. Sebagai contoh pada saat Maulana Yusuf
berkuasa di Banten, dia berupaya melakukan penyebaran Islam dengan menaklukan
pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Usaha itu berhasil dilakukan oleh Maulana Yusuf
yang ditandai dengan penaklukan Pakuan Pajajaran pada 1579. [4]
Daftar
Pustaka
Buka
Tjandrasasmita,
Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara.
Jakarta: KPG
Untoro, Heriyanti O.. 2006. Kebesaran dan tragedy Kota Banten. (Jakarta: Yayasan Kota Kita
Website
http://sundaislam.wordpress.com/2008/01/09/islamisasi-di-jawa-barat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar