Lembar Tugas Mandiri
(Muhammad Ridho Rachman, 0806343973)
KERAJAAN KLUNGKUNG
http://www.klungkungkab.go.id/ diunduh pada 3 Maret 2011 pukul 11.00 WIB
http://ayunara.wordpress.com/2009/05/05/141-kerajaan-klungkung/ diunduh pada 3 Maret 2011 pukul 11.10 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Bali#Kerajaan-kerajaan_pecahan_Klungkung diunduh pada 3 Maret 2011 pukul 11.15 WIB
Tulisan-tulisan mengenai kerajaan-kerajaan
Bali mulai terlacak sejak ekspedisi Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit ke
pulau tersebut. Dari salah satu sumber
menyebutkan kedatangan Gajah Mada ke Pulau Bali dengan tujuan memperluas
kekuasaan Majapahit pada tahun 1343 M. Dilaporkan bahwa pada masa itu Bali
diperintah oleh Kerajaan Bendahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan
Patih Kebo Iwa. Penyerangan Gajah Mada itu menghancurkan kekuasaan Bendahulu
yang kemudian memindahkan pusat kerajaan di daerah Gelgel yang menjadi awal
mula Kerajaan Klungkung.
Dinasti Gelgel berakhir
setelah pemberontakan yang dipimpin I Gusti Agung Murati. Gusti Agung Jambe
sebagai pewaris tahta kerajaan, memindahkan pusat kerajaan dan mendirikan
kerajaan baru, Kerajaan Klungkung (1710—1755). Selanjutnya, pemerintahan
dipimpin oleh penerusnya,Dewa Agung Di Made I dan diakhiri oleh Dewa Agung
Jambe,raja Klungkung X.
Kerajaan Klungkung
tidak bertahan dan terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Hal ini terjadi
diakibatkan perebutan kekuasaan di kalangan pembesar raja. Kerajaan-kerajaan
ini selanjutnya menjadi swapraja yang dikenal sebagai kabupaten-kabupaten di
Provinsi Bali sekarang. Kerajaan-kerajaan pecahan Klungkung antara lain:
Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Klungkung, dan Tabanan.
Sri Agung Jambe sebagai
raja Klungkung I mengganti gelar “Dalem” menjadi “Dewa Agung” sebagai isyarat
adanya keinginan untuk melepaskan diri dari ikatan Majapahit. Ia lah raja Bali
pertama yang menyemat gelar Dewa Agung dan berlaku terus untuk raja
penggantinya.
Dari bahan-bahan yang
kami temukan tidak dapat dilacak silsilah Kerajaan Klungkung. Hanya diperoleh
raja-raja Klungkung yang berkuasa sejak awal hingga akhir runtuhnya kerajaan
saat penyerangan pasukan Belanda terhadap kekuasaan Klungkung. Sistem kerajaan menjadikan
sistem pergantian penguasa didasarkan atas keturunan. Semua raja menurunkan
tahta kepada putra atau kepada adiknya. Berikut nama-nama raja Klungkung: Dewa
Agung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Dimadya, Dewa Agung Sakti, Dewa Agung
Putra I, Dewa Agung Putra II, Dewa Agung Istri Kanya, Dewa Agung Ktut Agung,
Dewa Agung Putra III, dan Dewa Agung Jambe.
Dari sumber di bekas
keraton Kerajaan Klungkung, beberapa raja turun-temurun memerintah dan yang
terakhir adalah ida I Dewa Agung Gede Jambe (secara kebetulan namanya sama
dengan pendiri kerajaan). Pada tanggal 28 April 1908, terjadi penyerangan
serdadu Belanda yang dipimpin Komando Jendral M.B. Rost van Tonningen terhadap
Kerajaan Klungkung. Raja ida I Dewa Agung Gede Jambe dengan para bahudanda (pembesar kerajaan) dengan
segenap rakyat melakukan perlawanan dengan gigih. Namun, semangat “Puputan
Klungkung” tidak bisa mengalahkan pasukan Belanda. Dari data ini juga bisa
dilihat bahwa Kerajaan Klungkung merupakan salah satu sisa-sisa kerajaan
Hindu-Buddha yang masih ada ketika kedatangan penguasa kolonial Belanda dan
bertahan cukup lama.
Dengan pendekatan
struktural dapat diketahui bahwa keadaan sosio-kultural masyarakat Kerajaan
Klungkung banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur Hindu dan tradisi Kerajaan Majapahit.
Namun, fokus kerajaan mulai berkurang ketika datangnya penguasa kolonial.
Sama halnya dengan
sistem-sistem yang terdapat dalam kerajaan Hindu-Buddha, dalam hubungan
raja-rakyat, raja merupakan penjelmaan Wisnu (gusti) dan rakyat (kaula), raja
adalah Dewa Agung. Pun dalam kehidupan sosial, stratifikasi sosial meniru sistem
kasta Hinduisme di India. Masyarakat kerajaan tradisional memperlihatkan
ciri-ciri masyarakat yang bertingkat-tingkat sesuai golongan-golongan yang ada.
Golongan sebagai unsur masyarakat justru memperlihatkan saling keterkaitan
dalam berbagai bidang kehidupan dan secara bersama-sama membentuk satu struktur
dalam masyarakat yang padu.
Sistem kepercayaan yang
sangat dipengaruhi oleh agama Hindu ternyata memegang peranan penting dan telah
mewarnai tindakan perlawanan terhadap penjajah Belanda baik Perang Kusamba
maupun Puputan Klungkung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar