MEMAKSA MAL BERHEMAT
LISTRIK
Oleh: Muhammad Ridho
Rachman (0806343773)
Pemadaman listrik bergilir kembali terjadi di masyarakat
kita akhir-akhir ini. Langkah taktis Perusahaan Listrik Negara adalah dengan
menggunakan genset dua kali seminggu untuk menekan konsumsi setrum,
bagaimanapun, harus diterima. Tanpa terobosan ini, pemdaman bergilir bakal
terus terjadi. Ujung-ujungnya, kita semua pula yang rugi.
Beban tambahan memang dirasa memberatkan para pengusaha
bisnis, mal, dan hotel. Mereka mesti menyediakan dan mengoperasikan genset
selama lima jam dua kali seminggu mulai 25 Agustus kemarin. Jika tidak, PLN
akan memberikan sangsi pemutusan sambungan listrik. Padahal, klaim sejumlah
pengusaha, duit yang digelontorkan untuk memenuhi kewajiban ini mencapai
ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Masalahnya memang tak banyak pilihan lain. Upaya
penghematan listrik yang sudah dilakukan masih jauh dari cukup. Kebijakan
pemerintah sejak 1 Agustus lalu, yang mengharuskan sektor industri mengalihkan
jam kerja di saat beban puncak pukul 17.00-22.00 ke Sabtu-Minggu, hanya
menghasilkan pengiritan 180 megawatt. Padahal, pada jam sibuk, defisit
listrikyang kerap terjadi mencapai 600 megawatt.
Dalam jangka pendek, tekor setrum ini mau tak mau harus
diatasi lewat pemangkasan konsumsi listrik. Pilihannya bisa lewat pemadaman
bergilir, yang selama ini kerap dilakukan PLN, atau menekan penggunaan listrik
oleh sektor usaha yang rakus energi, seperti industri dan bisnis.
Memilih pemadaman bergilir jelas bukan langkah bijaksana.
Sebab, yang bakal terkena dampaknya sangat luas dan kebanyakan dari kalangan
wong cilik, yang bukan penyebab utama terkurasnya cadangan listrik. Akan terasa
lebih adil, memang, jika kebijakan pengiritan ini diterapkan buat mal dan
hotel, tempat kaum berduit berbelanja dan menghabiskan malam. Toh, kebijakan
ini tak akan membuat mal dan hotel bangkrut. Para pengusaha hendaknya mau
sedikit “berkorban” demi kepentingan bersama.
Langkah PLN akan efektif jika pemerintah tak hanya berpangku
tangan, dan memberi dukungan sekadarnya buat perusahaan setrum negara itu.
Perlu segera disusun peraturan khusus yang memayunginya, seperti Surat
Keputusan Bersama Lima Menteri yang mewajibkan kalangan industri mengalihkan
sebagian jam kerjanya ke hari libur. Pemerintah pun harus bisa menjamin
ketersediaan pasokan bahan bakar genset, yang banyak dikhawatirkan oleh para
pengusaha.
Dalam jangka panjang, pemerintah perlu segera menuntaskan pekerjaan
rumahnya: melakukan audit pembangkit dan pembenahan internal. Dengan begitu, bisa diketahui pasti di mana letak kesalahan akut
manajemen PLN dalam pengadaan, pengoperasian, dan perawatan pembangkit yang
berujung pada krisis listrik sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar