I.
Sejarah
Partai Komunis Cina
Sebelum kita memasuki penjelasan labih lanjut, mari
kita lihat latar belakang ketidaksepahaman yang terjadi dalam PKC. Sebelum didirikan pada Juli 1921, di saat
PKC masih dalam masa persiapan pembentukan partai, di dalamnya terdapat dua
pihak yang menempuh aliran yang berbeda, yaitu kelompok yang cenderung pada
anarkisme (Huang Lingshuang, Yuan Mingxiong, Mao Zedong) dan kelompok yang
meenganut Marxisme-Leninisme murni (Chen Duxiu, Zhang Guotao). Para anarkis ini
pada akhirnya dapat disingkirkan dari organisasi tersebut. Menurut Scalapino,
perbedaan antara kedua garis ini antara lain menyangkut masalah kekuasaan yang
tersentralisasi dan terorganisasi. Anarkisme menentang hal ini karena dianggap
dapat menimbulkan kekuasaan yang semena-mena, sedangkan Marxis-Laninisme justru
menganggap hal ini sangat penting.[1]
Pada Kongres 1
PKC, anggotanya terbagi atas pihak kanan: menginginkan PKC bergerak secara
damai dan mendirikan sekolah Marxisme, menyebarkan propaganda, menerbitkan
surat kabar (dipimpin oleh Li Hancun);dan kelompok garis kiri: menginginkan PKC
bergerak secara radikal dan angggota partai tidak diperbolehkan menduduki jabatan
pemerintahan (dipimpin oleh Liu Renqing). Kelompok Kanan (berlatar belakang
pendidikan eropa-soviet yang merujuk pada Marxisme-Leninisme murni): pergerakan
komunisme ada di kalangan buruh perkotaan. Kelompok Kiri (anarkisme): Bergerak
di kalangan petani di pedesaan, mengingat jumlahnya lebih banyak dibandingkan
jumlah buruh, sehingga potensi penyebaran komunisme labih besar disbanding di
perkotaan.
Segmentasi
kelompok yang terjadi dalam diri PKC tentunya memiliki tokoh sentral sesuai
masanya. Pada masa Long March, tokoh
yang berperan sentral pada pemikiran dan gagasan yang disampaikan oleh Kelompok
Kiri adalah Mao Zedong. Dengan latar belakangnya yang begitu menarik, Mao
mengadaptasi paham komunisme ke dalam budaya Cina sesuai dengan pemikirannnya,
yaitu apa yang diaanggapnya benar dan apa yang dianggapnya salah.
Mari kita simak biografi singkat seorang Mao
Zedong. Mao merupakan orang yang sangat berjasa
dalam mengkomuniskan Cina, lahir tanggal 26 Desember 1893 di Kabupaten
Xiangtan, provinsi Hunan. Mao digambarkan sebagai seseorang yang kaya dengan
pemikiran dan merasa sering tidak puas terhadap apa yang diraihnya. Dalam
berbahgai aksinya, ia selalu berhasil walaupun dengan gagasan-gagasan yang
sederhana. Teori yang dikenmmukakannya khususnya saat melakukan aksi-aksi di
daerah pedalaman, banyak dikagumi orang[2].
Perilaku politik Mao cenderung anarkis, namun dia
tidak keberatan untuk menerima pandangan politik dari luar yang dipandangnya
sebagai pelengkap dari keseluruhan, hanya ia tidak setujudengan cara membangun
berdasarkan sumber yang tidak menentu. Sebelum menjadi pengikut Marxisme, dia
pernah mempelajari 6 sistem pemikiran, yaitu, Buddhisme, Republikisme,
Monarkisme, Idealisme, Demokrasi, dan anarkisme. Mao selalu menentang apa yang
dinamakannya dogmatis, alasannya ide itu hanya akan terasa manfaatnya bila ia
dapat dipraktekan. Walaupun ia telah menjadi seorang pengikut Marxis, ia selalu
mencoba untuk merobah-robah teori yang dirasaknnya bertentangan dengan
pendiriannya[3].
Basis massa merupakan strategi Mao yang paling ampuh
dalam sejarah pergerakannya[4].
Pengenalannya yang mendalam akan sejarah revolusi bangsanya telah berlangsung
selama berabad-abad, telah berhasil membuat Mao memadukan pikiran
Marxisme-Leninisme dan bentuk pemikiran tradisional Cina. Penerapan konkrit
dari penjabaran teori komunis di Cina diartikan dengan ditemukannya kelas baru,
yaitu kelas petani sebagai kakuatan revolusi. Ini merupakan dasar “Garis Mao”
yang khas[5].
Untuk
memperlihatkan bahwa persatuan petani itu tak kalah ampuh dengan pandangan
Marx-Lenin mengenai pelopor revolusi, ia mengembangkan strategi baru yang
dikenal dengan sebutan “Desa mengepung kota”. Untuk memperluas konsepnya, Mao
menambahkan beberapa kondisi yang harus dipenuhi jika konsep itu diterjemahkan
ke dalam bentuk gerakan, yaitu:
1. Rasa
ketidakpuasan para petani harus dihubungkan dengan doktrin yang sistematis
seperti komunisme
2. Kekuatan
tentara petani dimana sekali mereka terbentuk mereka harus mampu beroperasi
jauh dari basis
3. Daerah
dimana revolusi itu dilaksanakan merupakan daerah yang kurang memiliki sarana
komunikasi
Pandangan Mao ini kurang mendapatkan dukungan luas,
banyak tokoh PKC yang menentangnya terutama mereka yang konsekuen dengan ajaran
Maxisme[6].
Argumentasi yang paling menonjol mengenai komunisme Rusia adalah janjinya
tentang jalan memintas menuju Utopia dengan jalan revolusi massa sedunia[7].
II.
Latar
Belakang Ketidaksepahaman Komintern dengan Mao Zedong Selama Long March
Setelah pecahnya kerjasama yang dilakukan Guomindang
dan Gongchangdang pada periode Front Persatuan, konflik diantara keduanya kian
meruncing. Perpecahan ini sempat menimbulkan pemberontakan yang dilakukan oleh
kaum Komunis terhadap kaum Nasionalis. Pada tahun 1927 kaum Komunis melancarkan
pemberontakan Nanchang dan pemberontakan Panen Musim Gugur untuk melawan kaum
Nasionalis. Namun, kedua pemberontakan ini mampu digagalkan oleh kaum
Nasionalis (dalam hal ini Tentara Nasionalis). Akibat dari kekalahan ini, kaum
Komunis beralih ke daerah pedalaman Cina.
Pengaruh dan wilayah kaum Komunis selama berada di
daerah pedalaman Cina setelah tahun 1927 berkembang dengan pesat. Hal ini
dianggap sebagai suatu ancaman bagi kaum Naionalis sendiri. Oleh karena itu,
kaum Nasionalis melancarkan aksi yang dikenal dengan kampanye “Mengepung dan
Menyerang”. Kampanye ini mulai dilancarkan oleh Chiang Kai Shek pada tahun 1930
dan berakhir pada tahun 1934, seluruhnya berjumlah lima kali. Kampanye pertama
sampai keempat mampu digagalkan oleh kaum komunis (dalam hal ini tentara
merah). Pada kampanye kelima, Tentara Merah tidak berhasil, sehingga kaum
komunis harus mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri dari kehancuran
total, yaitu melakukan perjalanan panjang, Long
March.
Sebelum dilakukannya Long March, bahasan ini akan diarahkan ke basis pertahanan sewaktu
kaum Komunis bertahan di pedalaman Cina. Daerah yang dipilih oleh Mao Zedong di
pedalaman Cina adalah di Gunung Jinggang (terletak di antara perbatasan
Propinsi Jiangxi dan Propinsi Hunan) yang kemudian dijadikan sebagai basis
pertahanan mereka. Disinilah Mao mulai memusatkan perhatiannya untuk memperkuat
kemiliteran Tentara Komunis yang selanjutnya terbentuk menjadi Tentara Merah.
Dalam usahanya ini, Mao menciptakan strategi dan taktik perang yang disesuaikan
dengan keadaan alam atau medan pertempuran di daerah pedalaman. Strategi dan
taktik ini didasarkan pada perang gerilya yang berisikan empat slogan yaitu:
- Apabila
musuh maju, kita mundur;
- Apabila
musuh berhenti dan istirahat, kita ganggu
- Apabila
musuh berusaha untuk menghindari pertempuran, kita serang;
- Apabila
musuh mundur, kita kejar.
Keempat slogan yang diciptakan oleh Mao ini, agaknya
berbeda dengan pemahaman yang dipakai oleh Komintern. Menurut Komintern, apa
yang sudah didapatkan memang layak untuk diperjuangkan. Pada prinsip inilah
mulai timbul ketidaksepahaman antara Komintern dengan Mao Zedong. Selain itu,
bertahannya Mao dan kegiatannya disamping memperkuat ketahanan militernya yaitu
mengambil simpati para petani, juga menimbulkan ketidaksamaan visi dengan
komintern. Komintern, sesuai dengan pemahaman Soviet, lebih memfokuskan untuk
menguasai kota dibanding desa. Inilah yang kemudian menyebabkan strategi
perjuangan kaum komunis pecah menjadi dua, yaitu:
- Kaum
komunis yang bergerak di daerah pedalaman dan berada di bawah pimpinan Mao
Zedong
- Kaum
Komunis yang bergerak di kota-kota besar dan berada di bawah pengaruh
Soviet (komintern)
Perbedaan ini pun berlanjut pada
saat Long March berlangsung, karena
perjalanan yang dilakukan melewati daerah pedesaan. Hingga pada akhirnya
perbedaan, protes yang dilakukan Mao atas ketidakpahaman yang datang dari
Komintern disampaikan dalam Pertemuan Zunyi.
III.
Pertemuan
Zhunyi
A.
Pra-Pertemuan
Zhunyi
Pada
tahun 1933 komite sentral memutuskan untuk mengadakan serangan terhadap pasukan
Gumindang (GMD). Walaupun pimpinan militer Partai Komunis Cina (PKC) setuju
terhadap rencana ini, namun tetap saja terdapat perbedaa strategi antara Mao
dan Bo. Perbedaan strategi perang yang terjadi antara Mao dan Bo antara lain
sebagai berikut:
*
Mao menghendaki untuk
menggiring pasukan ke daerah JiangxiHal ini dimaksudkan agar musuh mengejar
pasukan PKC hingga ke daerah Jinagxi, sehingga musuh terputus dari jarak suplai
sehingga menjadi mudah untuk dikalahkan.
*
Sementara itu, Bo (28B)
menginginkan untuk memerintahkan pasukannya untuk mneyerang langsung ke derah
pertahanan musuh.
Pada
saat itu, Luoming (sekretaris PKC cabang provinsi Fuxian)
meninginkan/berpendapat bahwa seharusnya strategi perang yang digunakan adalah
strategi perang milik Mao. Karena pendapatnya itu, Luoming mendapat hukuman
dari pihak PKC. Hukuman dijatuhkan oleh Zhou Enlai. Luo dihukum karena Luo
merupakan orang kepercayaan Mao, sehingga dianggap tidak netral terhadap usulan
yang ia sampaikan. Selain Luoming, Mo memiliki beberapa orang kepercayaan,
yaitu Deng Xiaoping, Mao Zetan, Gu Bai, dan Xie Weijun.
Dari
kasus yang menimpa Luoming ini, dapat kita lihat bahwa penggunaan segala cara
oleh suatu faksi untuk menjatuhkan faksi lainnya sebagai lawan dapat dengan
mudah dilakukan. Dalam kasus Luoming, jika Luo berada pada pihak 28B maka
usulannya hanya akan ditolak, namun tidak akan sampai mendapat hukuman. Hukuman
yang diberikan kepada Luo juga merupakan bagian dari strategi menjatuhkan pihak
Mao. Hukuman diberikan sebagai cara untuk meredam konfrontasi langsung antara
faksi 28B dan pihak Mao, karena jika sampai terjadi pertentangan langsung
terhadap pihak Mao yang diketahui rakyat, maka dapat dipastikan simpatisan Mao
akan semakin meningkat, mengakibatkan dukungan terhadap Mao semakin meningkat
pula.
B.
Pertemuan
Zhunyi
Konferensi
ini pada awalnya dilaksanakan untuk membahas atau labih tepatnya mengevaluasi
situasi yang dialami PKC pada saat itu. Situasi tersebut adalah ketika PKC
sedang perjalanan melakukan Long March.
Selain membahas dan mengevalusi situasi yang telah dialami oleh PKC, dalam
konferensi ini juga dibahas mengenai rencana perang selanjutnya yang akan
digunakan oleh Tentara Merah. Dalam konferensi ini, terdapat beberapa tokoh PKC
yang memberikan pidatonya, yaitu:
*
Mao dan Zhou Enlai yang
membicarakan masalah militer,
*
Liu Shaoqi yang
mengkritik kebijakan partai yang dianggapnya telah menyimpang sejak kongres
tahun 1928, dan
*
Peng Dehui yang
menkritik pidato militer yang dibawakan oleh Zhou Enlai.
Secara
mengejutkan, Zhang mengajukan diri sebagai mediator bagi kedua kubu yang sedang
bersitegang, yaitu faksi 28B (dibawah kekuasaan Komintern) dan pihak Mao. Di
sini kita dapat melihat bahwa Zhang lebih mengutamakan keutuhan dalam tubuh
PKC, daripada melihat PKC hancur dalam faksionalisme. Usulan Zhang yang
mengatakan bahwa garis politik yang diambil oleh komite sentral tdaklah salah,
namun dalam bidang militer terjadi kesalahan strategi yang berakibat fatal bagi
tentara merah. Dalam konferensi Zhunyi juga memutuskan bahwa Bo Gu (pemimpin
tertinggi partai), Zhou Enlai (ketua dewan militer), dan Li De (penasehat
militer dari komintern) dinyatakan bersalah.
Akhir
dari pertemuan Zhunyi menghasilkan sebuah resolusi, yaitu “Tinjauan atas
Kesalahan Bo Gu, Zhou Enlai, dan Li De”. Selain itu, Mao diangkat sebagai Ketua
Komite Militer Revolusiner serta menjadi anggota polit-biro dan komite tetap
polit-biro. Hal tersebut membuat pososo Mao semakin strategis karena berwenang
atas sebuah dewan militer yang berdampak baik untuk program-program yang
direncanakan Mao ke depannya.
[1] Budhiyani, Triasti. Mao Zedong dan Faksionalisme dalam PKC
1921-1976
[2] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan
Komunis Cina. Halaman 35. Fakultas
Sastra Universitas Indonesia
[3] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan
Komunis Cina. Halaman 36.
[4] Bchtiar, Taufiq. 1981.
Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan Komunis Cina. Halaman 39.
[5] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan
Komunis Cina. Halaman 40
[6] Bchtiar, Taufiq. 1981. Pembentukan Soviet-Cina Dalam Perjuangan
Komunis Cina. Halaman 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar