Summary
5
Muhammad
Ridho Rachman
Jender dan Hubungan Internasional
Feminis
Multikultural
Istilah multikulturalisme seringkali dihubungkan dengan pergerakan
kelompok sosial intelektual yang mempromosikan nilai perbedaan dan menekankan
pentingnya penghargaan pada setiap kelompok yang mempunyai kultur yang berbeda.
Kritik keras yang dilontarkan terhadap paham multikulturalisme adalah tidak
adanya rasa solidaritas untuk dapat membuat masyarakat saling peduli dan
bersedia berkorban untuk masyarakat lainnya.
Kalangan feminis multikulturalis menyambut baik pemikiran
multikultural karena penekanannya adalah perbedaan. Karena sejak lama para
feminis gelisah melihat teori feminisme yang gagal untuk membedakan perempuan
berkulit putih, kelas menengah, heteroseksual, beragama Kristen yang berada di
negara maju dengan perempuan yang mempunyai latar belakang berbeda di negara
berkembang. Menurut feminis Elizabeth Spelman, kegagalan teori feminis
tradisional adalah keinginan mereka untuk melihat adanya persamaan pada setiap
perempuan.
Susan Okin melihat bahwa di dalam kelompok definisi
minorias-mayoritas pun berlapis-lapis. Ia mengatakan bahwa feminisme dan
multikulturalisme dapat berjalan berdampingan. Kemudian ia mengelompokkan
definisi multikulturalisme di dalam kelompok liberal dan strukturalis. Liberal
menganggap multikultural adalah kelompok yang tertinggal sedang strukturalis menganggapnya
kelompok yang didefinisikan oleh kelompok dominan. Masalah minoritas-mayoritas;
liberal melihat adanya homogenitas di dalamnya, sedangkan strukturalis melihat
adanya kemajemukan dalam minoritas-mayoritas seperti stratifikasi dan internal.
Dalam pencapaian tujuannya, strategi yang tempuh pun berbeda, liberal
menggunakan cara integrasi, bagaimana semua golongan dipersatukan sehingga
dalam masyarakat tidak lagi terlihat perbedaan. Berbeda dengan strukturalis
yang lebih menekankan pada aspek pengakuan (recognition), perbedaan yang ada
cukup diberikan pengakuan karena penyatuan-penyatuan dalam masyarakat malah
akan menimbulkan permasalahan-permasalahan lain yang kerap muncul.
Mouffee sendiri menganggap seorang individu mempunyai identitas
yang tidak tunggal (multiple identity). Kemudian dimaksudkan adalah adanya
kesempatan untuk meng-empowering diri sendiri dari identitas lainnya. Misalnya
seorang keturunan Cina mempunyai kesempatan empowering diri dalam identitasnya
selaku individu yang kuat secara ekonomi, atau secara intelektual karena
kepandaiannya. Sehingga setiap orang dipandang mempunyai suatu kekuatan di
tengah keterkucilannya untuk mendorong diri kedalam tingkatan yang lebih
tinggi. Pemikirannya sendiri menemukan permasalahan ketika identitas seseorang
didefinisikan oleh orang lain/masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar